Coping stress adalah serangkaian proses dan strategi yang digunakan individu untuk mengelola dan mengatasi tekanan atau stres dalam hidup mereka. Ini mencakup metode yang berfokus pada mengurangi atau mengendalikan dampak negatif dari stres pada kesehatan fisik dan mental. Ada dua jenis utama strategi coping: yang berfokus pada masalah (problem-focused coping) dan yang berfokus pada emosi (emotion-focused coping).Â
Coping yang berfokus pada masalah melibatkan tindakan langsung untuk menyelesaikan atau mengurangi sumber stres, seperti merencanakan atau mencari solusi. Sementara itu, coping yang berfokus pada emosi bertujuan untuk mengelola respon emosional terhadap stres, melalui cara seperti mencari dukungan sosial, meditasi, atau aktivitas relaksasi. Efektivitas strategi coping dapat sangat bergantung pada situasi dan preferensi individu, namun penggunaan strategi yang adaptif dan fleksibel umumnya membantu mengurangi dampak negatif stres dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.
Berikut ini merupakan penjabaran lebih lanjut tentang apa yang dimaksud dengan coping stress.
1) Coping yang Berfokus pada Masalah:Â Ini melibatkan tindakan langsung untuk mengatasi penyebab stres dengan mencari solusi, membuat rencana, dan mengambil langkah-langkah konkret untuk menyelesaikan masalah yang menimbulkan stres. Misalnya, jika seseorang merasa stres karena beban kerja yang berat, mereka mungkin mencoba untuk mengatur waktu dengan lebih baik atau meminta bantuan.
2) Coping yang Berfokus pada Emosi: Ini melibatkan usaha untuk mengelola respon emosional terhadap stres daripada mencoba mengubah situasi stres itu sendiri. Teknik-tekniknya termasuk mencari dukungan sosial, melakukan aktivitas relaksasi seperti meditasi atau olahraga, dan menggunakan teknik kognitif untuk mengubah cara pandang terhadap situasi stres.
Efektivitas strategi coping tergantung pada situasi dan individu yang mengalaminya. Penggunaan strategi coping yang adaptif dan fleksibel dapat membantu seseorang mengurangi dampak negatif stres, meningkatkan kesejahteraan emosional, dan memperbaiki kemampuan mereka dalam menghadapi tantangan hidup
Selain peran dari pengelolaan stres yang perlu diterapkan, ada pula peran penting dukungan sosial terhadap motivasi belajar seseorang. Dukungan sosial sendiri merupakan bantuan dan dorongan yang diterima individu dari lingkungan sosial mereka, seperti keluarga, teman, guru, dan rekan sejawat, yang berperan penting dalam meningkatkan semangat dan keinginan untuk belajar. Dukungan ini dapat berupa dorongan emosional, seperti memberikan pujian dan motivasi, bantuan instrumental, seperti menyediakan sumber daya belajar atau bantuan praktis dalam menyelesaikan tugas, serta dukungan informasi, seperti memberikan saran atau bimbingan akademis.Â
Dukungan sosial yang kuat dapat membantu individu merasa lebih percaya diri, termotivasi, dan mampu mengatasi tantangan akademis. Dengan demikian, lingkungan sosial yang positif dan suportif dapat menciptakan kondisi yang kondusif bagi perkembangan dan keberhasilan belajar seseorang.
Motivasi belajar secara umum adalah dorongan internal dan eksternal yang mendorong seseorang untuk terlibat dalam proses belajar dan mencapai tujuan akademis. Motivasi ini dapat berasal dari keinginan pribadi untuk memahami suatu materi, mendapatkan prestasi, atau mencapai cita-cita tertentu. Selain itu, faktor eksternal seperti dukungan dari keluarga, pengaruh teman sebaya, dan lingkungan belajar yang kondusif juga berperan penting dalam membangkitkan semangat belajar.Â
Motivasi belajar berfungsi sebagai pendorong yang meningkatkan fokus, usaha, dan ketekunan dalam menghadapi tantangan belajar, sehingga individu dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk berkembang secara akademis dan pribadi.
Peran Coping Stress serta Dukungan Sosial terhadap Motivasi Belajar Remaja Broken Home
Remaja broken home adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan remaja yang berasal dari keluarga yang tidak utuh atau mengalami disfungsi keluarga akibat perceraian, perpisahan, konflik berkepanjangan, atau hilangnya salah satu atau kedua orang tua. Kondisi ini seringkali menyebabkan ketidakstabilan emosional dan psikologis pada remaja, karena mereka mungkin mengalami kurangnya dukungan emosional, perasaan tidak aman, atau kesulitan dalam mengembangkan identitas diri.Â
Remaja broken home sering menghadapi berbagai tantangan, seperti kesulitan akademis, masalah perilaku, dan kesulitan dalam menjalin hubungan sosial yang sehat. Dukungan dari lingkungan sekitar, seperti sekolah, teman, dan layanan konseling, sangat penting untuk membantu remaja ini mengatasi kesulitan dan berkembang secara positif meskipun menghadapi situasi keluarga yang menantang.
Keterkaitan antara coping stress dan dukungan sosial terhadap motivasi belajar remaja yang "broken home" sangat signifikan dan saling mendukung dalam membantu remaja mengatasi tantangan yang mereka hadapi. Remaja yang berasal dari keluarga broken home sering kali menghadapi tekanan emosional dan stres yang lebih besar dibandingkan dengan remaja dari keluarga yang utuh. Oleh karena itu, kemampuan untuk melakukan coping stress dan dukungan sosial menjadi faktor krusial dalam mempengaruhi motivasi belajar mereka.
Coping Stress: Coping stress mencakup strategi dan mekanisme yang digunakan remaja untuk mengelola dan mengurangi dampak negatif dari stres. Remaja yang efektif dalam menggunakan strategi coping, seperti problem-focused coping (mengatasi masalah langsung) atau emotion-focused coping (mengelola respon emosional), lebih mampu mengatasi situasi sulit. Kemampuan ini membantu mereka menjaga fokus dan motivasi dalam belajar meskipun menghadapi tantangan emosional dari situasi keluarga mereka.
Dukungan Sosial:Â Dukungan sosial dari keluarga, teman, guru, dan komunitas memberikan rasa aman dan diterima, yang sangat penting bagi remaja broken home. Dukungan ini dapat berupa dukungan emosional, instrumental, atau informatif. Kehadiran dukungan sosial yang kuat membantu mengurangi perasaan isolasi dan meningkatkan kesejahteraan emosional, yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi belajar.
Keterkaitan Kedua Faktor: Ketika remaja broken home menerima dukungan sosial yang memadai, mereka lebih cenderung mengembangkan strategi coping yang efektif. Dukungan sosial memberikan remaja sumber daya dan rasa percaya diri yang dibutuhkan untuk menghadapi stres. Dengan berkurangnya stres dan meningkatnya kemampuan coping, remaja dapat lebih fokus pada tujuan akademis mereka, yang meningkatkan motivasi belajar. Selain itu, lingkungan yang suportif juga dapat memberikan dorongan langsung untuk belajar, seperti bantuan dalam mengerjakan tugas sekolah atau memberikan motivasi untuk tetap berprestasi.
Secara keseluruhan, kombinasi antara kemampuan coping stress yang baik dan dukungan sosial yang kuat sangat penting dalam memotivasi remaja broken home untuk terus belajar dan mencapai prestasi akademis. Dukungan sosial membantu mengurangi stres dan memberikan dasar yang stabil bagi remaja untuk mengembangkan strategi coping yang efektif, yang pada akhirnya meningkatkan motivasi dan kinerja belajar mereka.
#SalamLiterasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H