Kekerasan fisik dan kekerasan mental adalah dua bentuk ekspresi kekerasan yang dapat merugikan kesejahteraan individu secara serius. Kekerasan fisik melibatkan penggunaan kekuatan fisik untuk menyakiti atau melukai orang lain. Hal ini dapat mencakup pukulan, tendangan, atau penggunaan objek untuk menyebabkan cedera fisik. Kekerasan fisik sering kali meninggalkan bekas fisik yang terlihat dan dapat memiliki dampak jangka panjang pada kesehatan fisik dan mental korban.
Sementara itu, kekerasan mental melibatkan penggunaan kata-kata, tindakan, atau perilaku yang dimaksudkan untuk merendahkan, mengintimidasi, atau menyakiti secara emosional. Kekerasan mental mungkin tidak meninggalkan bekas fisik yang terlihat, tetapi dapat memiliki dampak psikologis yang signifikan. Bentuk kekerasan ini dapat mencakup pelecehan verbal, ancaman, isolasi sosial, atau manipulasi psikologis. Kekerasan mental dapat merusak kepercayaan diri, harga diri, dan kesejahteraan emosional seseorang.
Baik kekerasan fisik maupun kekerasan mental memiliki potensi yang serius untuk merusak hubungan interpersonal, kesehatan mental, dan kualitas hidup individu yang terlibat. Penting untuk memahami kedua bentuk kekerasan ini dan bekerja menuju masyarakat yang bebas dari kekerasan dengan meningkatkan kesadaran, memberikan dukungan kepada korban, dan menentang perilaku kekerasan dalam segala bentuknya.
Lebih lanjut, data dari Kemenppa menyatakan bahwa berdasarkan data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA) mencatat bahwa pada rentang Januari hingga November 2023 lalu, jumlah kekerasan tercatat menyentuh angka 15.120 kasus. Dengan rincian kasus kekerasan terhadap anak yakni 12.158 korban anak perempuan dan 4.691 korban anak laki-laki yang mana kasus kekerasan seksual menjadi urutan tertinggi dari jumlah korban terbanyak sejak tahun 2019 hingga 2023.
Menurut data di atas, dapat kita simpulkan bahwa ada masalah serius yang terjadi dalam lingkungan kehidupan anak-anak kita. Baik di rumah, sekolah, tempat bermain dan lain sebagainya justru tak memberikan rasa nyaman serta aman sehingga menjadikan lingkungan yang merusak bagi anak dengan perilaku kekerasan yang disebabkan oleh orang tua, guru, atau bahkan orang dewasa di lingkungan tempat tinggalnya.
Penyebab utama kekerasan terhadap anak bisa terjadi
Kekerasan terhadap anak dapat dipicu oleh sejumlah faktor kompleks dan bervariasi. Beberapa penyebab utama termasuk:Faktor Keluarga: Ketidakstabilan dalam lingkungan keluarga, seperti konflik antarorang tua, kekerasan dalam rumah tangga, atau ketidakstabilan ekonomi, dapat meningkatkan risiko terjadinya kekerasan terhadap anak.
Gangguan Kesehatan Mental:Â Orang tua atau caregiver yang mengalami gangguan kesehatan mental, seperti depresi, stres berlebihan, atau gangguan kejiwaan, mungkin lebih rentan untuk terlibat dalam perilaku kekerasan terhadap anak.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!