Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan

Seorang Pengajar dan Penulis lepas yang lulus dari kampung Long Iram Kabupaten Kutai Barat. Gamers, Pendidikan, Sepakbola, Sastra, dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Istilah Generasi Sandwich dan Benarkah Rentan Stres?

4 Desember 2023   20:00 Diperbarui: 4 Desember 2023   20:09 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(https://ekonomi.republika.co.id/berita/rk4uxs478/jurus-jitu-putus-mata-rantai-generasi-sandwich)

Generasi Sandwich, pernahkah kamu mendengar istilah tersebut? Jika mengganti frasa tersebut dengan yang lebih sederhana mungkin kita dapat menyebutnya dengan istilah "generasi kejepit". Istilah tersebut memiliki arti yakni suatu generasi yakni mereka yang lahir dalam rentan tahun 1993 hingga 1999 yang memiliki masalah tersendiri berkaitan dengan progresivitas masa depan dan pencapaian di masa depan. Secara umum, fenomena generasi sandwich kerap terjadi di sejumlah negara-negara berkembang.

 Tak terkecuali Indonesia, hal tersebit biasanya sering terjadi pada seorang anak dalam suatu keluarha, diman aia harus berusaha menghidupi  orang tua, memenuhi kebutuhan dirinya sendiri, dan juga anak-anaknya dalam waktu  bersamaan. Ini mungkin menjadi salah satu faktor yang menyebabkan tekaan psikis dan mental kerap memicu gangguan fisik seperti penyakit.

Generasi sandwich menurut beberapa orang juga diartikan sebagai sebuah hal yang lumrah yang mana itu menunjukkan suatu bakti anak kepada orang tua dan keluarganya. Namun kenyataannya, orang yang kerap terjebak dalam situasi ini  justru dapat mengalami tekanan yang tak biasa. Padalah, dengan sejumlah langkah yang efektif dilakukan sejak dini, kita yang termasuk dalam generasi sandwich dapat mencegah terjadinya dampak buruk akibat fenomena generasi sandwich tersebut.

Generasi sandiwch itu apa sih?

Melansir dari sebuah studi yang pernah dilakukan oleh Dorothy A. Miller pada tahun 1981 dalam buku Social Work,  dalam buku tersebut disebutkan bahwa generasi sandwich adalah sebuah fenomena di mana seseorang harus menghidupi tiga generasi keluarganya yang terdiri dari orang tua, dirinya sendiri, dan anaknya. Fenomena ini juga ia analogikan sebagai sebuah sajian roti sandwichm di mana orang tua dan anak dianggap sebagai roti lapisan  atas dan roti lapisan bawah, sedangkan seorang anak akan terjebak dalam fenomena ini diibaratkan sebagai sebuah daging atau isi dari roti sandwich itu sendiri yang terhimpit di tengan-tengah roti.

Merujuk pada data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2017 lalu, ada sekitar 77,82% keluarga yang ditopang oleh anggota keluarga yang bekerja, dan hanya sekitar tak lebih dari 7%  yang mampu menghidupi dirinya sendiri lewat uang pensiun maupun hasil dari investasi yang dimiliki.

Dan yang lebih mencengangkan, lebih dari 50% lansia tinggal bersama anak, menantu, hingga cucunya dalam satu rumah yang sama. Hanya sekitar 20% saja lansia yang tinggal bersama pasangannya, sementara 9% memilih untuk hidup sendiri karena berbagai faktor. 

Lantas, apa dampak yang sebenarnya akan muncul dari fenomena generasi sandwich tersebut? Benarkah hal tersebut dapat menghambat produktivitas seseorang hingga berdampak pada terganggunya mental dan psikisnya? Berikut pemaparannya.

Generasi sandwich merujuk pada kelompok orang yang berada di antara dua generasi, yaitu mereka yang memiliki tanggung jawab terhadap kedua orang tua mereka dan anak-anak mereka sendiri. Dampak negatif yang mungkin timbul akibat peran ganda ini dapat melibatkan sejumlah aspek dalam kehidupan mereka. Beberapa dampak negatif yang mungkin dialami generasi sandwich melibatkan:

Tekanan Emosional dan Mental:
Generasi sandwich mungkin mengalami tekanan emosional dan mental yang tinggi karena mereka diharapkan untuk memenuhi kebutuhan baik orang tua mereka yang lebih tua maupun anak-anak mereka yang lebih muda. Ini dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan kelelahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun