Pada beberapa kesempatan di bulan Ramadan ini, saya melihat anak-anak muslim di Amerika dihadapkan dengan realitas bahwa mereka harus duduk berdekatan dengan teman mereka yang memiliki keyakinan berbeda.
Walhasil, mereka yang puasa harus dengan sabar melihat teman mereka dengan santainya melahap makanan di sebelah mereka. Karena orang tua mereka memberikan pemahaman yang baik, tentunya hal tersebut bukan menjadi hal besar yang mempengaruhi ibadah puasa mereka.
Berkaca pada situasi tersebut, terkadang saya heran kenapa beberapa dari kita berusaha memaksa warung makan untuk tutup selama bulan ramadan. Bukankah seharusnya bukan menjadi masalah besar apabila kita melihat orang lain makan sementara kita puasa karena sudah niat yang sungguh-sungguh untuk menjalankan ibadah puasa?
Selain itu, pasti ada ibu hamil, orang sakit, dan orang tua lemah yang mungkin membutuhkan makanan dari warung makan tersebut. Lha kalau warungnya ditutup, mereka beli makan dari mana? hehe.
Selain beberapa hal di atas, pelajaran lain yang saya dapatkan adalah sebagai minoritas kita adalah pintu terluar yang menghubungkan orang di luar dengan apa yang ada di dalam keyakinan kita.
Di beberapa kesempatan, beberapa teman yang memiliki keyakinan berbeda atau bahkan tidak memiliki agama bertanya tentang Islam kepada saya.
Sebagai konsekuensinya, persepsi dan pemahaman mereka mungkin sangat bergantung pada figur saya. Oleh karena itu, sebagai minoritas penting untuk selalu menjaga perilaku kita agar tidak merusak nama baik keyakinan yang kita anut.
Selain itu  menjadi sangat penting juga untuk kita memiliki pemahaman yang baik dan benar terhadap keyakinan yang kita anut sehingga apa yang kita sampaikan ke orang luar merupakan sesuatu yang tepat.
Beberapa hal di atas adalah hal yang bisa saya ceritakan terkait pengalaman saya ketika menjadi bagian dari minoritas muslim di Amerika Serikat.
Semoga ke depannya sekembalinya di Indonesia, saya dapat menjadi pribadi yang lebih baik. Pribadi yang menjunjung tinggi nafas toleransi tanpa mengesampingkan koridor agama dalam bertoleransi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H