kemuning emas menunduk khidmat
datang pula benteng besi dari barat
baris demi baris mulai merapatÂ
mengacungkan mesin pembunuhnya
bulir demi bulir emas jatuhÂ
mereka bersimbah dalam lumpur merah
air mata dan darah
caping dan cangkul tak lagi berbau kayu
tak lagi ada sesosok penuh peluh itu
tak lagi ada tanah pada baju
hanya ada sorot mata sayu
si sulung mendekap erat si bungsu
menadahkan wajah pada langit yang tak lagi biru
kak,ayah kemana? kenapa semuanya tidur? kenapa merah semua?
dengan linang air mata
merefleksikan si merah menyala nyala
pergi tanpa ada lagi orang untuk di pamiti
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI