Mohon tunggu...
Ardi Anto
Ardi Anto Mohon Tunggu... -

looking for the true peace

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Anak-Anak Surga

13 Maret 2016   00:20 Diperbarui: 18 Maret 2016   23:53 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ilustrasi - dreamstime.com"][/caption]Saat ini saya tinggal di sebuah Perumahan di Sidoarjo, Jawa Timur. Perumahan yang cukup mewah, ditumbuhi rumah-rumah yang umumnya bertingkat, berpagar tinggi, bahkan mungkin ada yang pagarnya saja bisa seharga sebuah rumah kecil di kampung. Saya tinggal di sebuah blok paling belakang perumahan, berbatasan langsung dengan perkampungan. Sebuah blok perumahan karyawan yang disediakan oleh kantor, bukan seperti rumah mewah yang saya deskripsikan tadi :).Perumahan ini bisa dibilang sangat terbuka, bisa diakses oleh siapa pun dari dua gapura utamanya atau bisa juga dari jalan akses kampung-perumahan. Suasana disini cukup aman serta nyaman. Di perumahan ini terdapat sebuah masjid, sebuah mushalla, dan sebuah gereja. Setiap pagi, biasanya ada beberapa orang yang jogging, anak muda, bapak-bapak, ibu-ibu, hingga kakek-kakek dan nenek-nenek. O ya, maaf sedikit revisi, kalau kakek-kakek dan nenek-nenek biasanya hanya berjalan santai, bukan jogging. Takut encok atau keseleo mungkin ya, Hehehe, #peace kek, nek#. 

Nah, selesai. Itulah yang saya maksud anak-anak surga. Hahaha... Ga nyambung ya?

Saya beberapa kali shalat berjamaah di Masjid perumahan ini, jamaah tetapnya cukup banyak, ada anak-anak, remaja, orang dewasa, sampai kakek-kakek dan nenek-nenek (mungkin kakek dan nenek yang takut encok tadi ya, he). Yang menarik perhatian dan sekaligus membuat saya malu pada diri sendiri adalah anak-anaknya. Usia mereka mulai dari kira-kira tiga atau empat tahunan sampai usia sekolah. Mereka yang 'menurut saya' belum mengerti tentang agama, konsep tuhan, ibadah, dan belum wajib melaksanakan ibadah, sudah rutin shalat berjamaah di mesjid. Waktu shubuh yang biasanya anak-anak masih tertidur pulas, mereka sudah berada di masjid untuk ikut menunaikan shalat shubuh berjamaah. Bahkan ada yang dalam kondisi sangat mengantuk, sampai-sampai ketika sujud tidak bangkit lagi, tidur sambil sujud, atau tergeletak ke samping kiri atau kanan. Sebuah pemandangan lucu sekaligus membuat saya merasa sangat malu. Kemana saja saya dari dulu? Sudah umur segini, shalat kadang masih sering telat, dan jarang shalat berjamaah di masjid. Malu betul sama diri sendiri, kalah soal ibadah sama anak-anak yang mereka belum diwajibkan beribadah, apalagi shalat berjamaah di mesjid. Disisi lain saya kagum kepada orangtua mereka yang bisa mendidik mereka dari kecil seperti itu, orang tua yang hebat, salut. Terkadang spontan saya berdo'a dalam hati supaya nanti dianugerahi anak-anak seperti mereka. Anak-anak yang dari kecil sudah menyenangkan hati orangtua dan siapapun lain yang melihatnya. Bagaimana tidak, dengan wajah-wajah yang masih sangat polos, damai, hati yang masih bersih, tentu akan menyenangkan siapapun yang melihat. Anak-anak surga, yang InsyaAllah bisa melapangkan jalan orangtuanya ke surga.

Tapi tentu bukanlah hal yang mudah bisa mendidik anak-anak sehingga bisa seperti itu. Agak pesimis mungkin kalau orangtuanya saja masih tidak peduli soal ibadahnya, terlalu sibuk dengan dunia, asik dengan trend dan berlomba-lomba mengkuti gaya hidup artis atau selebriti favorit, tapi berharap bisa punya anak seperti mereka. Berarti saya harus segera berbenah diri, supaya Dia mau menitipkan anak-anak seperti mereka kepada saya. 

Tapi masih ada yang kurang, sesuatu yang sangat mendasar, bagaimana mungkin bisa dititipkan anak-anak seperti mereka kalau masih sendiri begini?  Hahaha. :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun