Mohon tunggu...
Arya Ardiansyah
Arya Ardiansyah Mohon Tunggu... -

* hanya tentang angin…………. malaikat pun ada seperti adanya angin.. tak bisa dilihat namun kita tahu kalau ia ada… berhembus, melayang, mengepakan sayapnya di sekitar kita..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Penyihir

24 Maret 2012   04:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:33 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"kamu tahu apa yang kupikirkan saat kurasa hatiku kian rusak? Menyihirmu nona"

**

Hay, sedang apa sekarang? Apa masih sibuk memandangi kalender yang ternyata berjalan lebih cepat dari rasa bahagia yang hadir? Tapi apapun yang kau rasakan, sedikitpun dan pastinya tak merubah raut cantikmu bukan? Mungkin jika ada yang sedikit tampak untuk di lihat adalah matamu yang kian lembab. Namun kuharap kau tak secengeng dulu.

Oh ya ada yang ingin kuceritakan padamu tentang percakapan yang kulakukan dengan seorang rekan kerja. Saat itu ia berkata kalau jas hujan yang kukenakan mulai banyak robekan. Aku menjawab yang dikatakan temanku itu dengan: semua yang pernah di pakai dan melebihi kapasitasnya pastilah rusak. Dan apa kamu tahu apa yang terlintas di pikiranku saat setelah mengucap itu? Aku langsung mengingatmu, mengingat semua yang pernah kau katakan ataupun kukatakan. Aku mengingat kita yang dulu.

Kamu pasti heran setiap kali aku menulis kata "kita" untuk menyebutkan aku dan kamu. Tak apalah, wajar adanya jika kau merasa seperti itu, terlebih kita memang tak pernah terikat dalam satu kata yang terartikan 'sama'.

Namun dalam satu kata "kita" itulah aku tak henti merasa 'Bodoh' dengan semuanya. Kau tahu seperti apa rasanya memandangi orang yang kita sayang tanpa pernah mampu menggapainya? Itu perasaan paling konyol yang pernah aku miliki, terlebih ketika aku menyandarkan diri pada tempat yang ada kamu dan dia di situ. Hahaha, aku tak henti tertawa memandangi begitu hebatnya aku untuk tetap di situ dengan segala rasa sakit dan cemburu.

Dan apa kau masih ingat tentang percakapan kita hari itu, Desember dengan segala Hujan yang datang pada bulan itu? Hari itu kita seperti memandangi diri masing-masing tentang anehnya pilihan yang kita jalani. Hari itulah kupikir jika aku pernah berarti untukmu, dan hari itu pula kau tahu jika aku selalu mengingatmu.

"sekarang aku ngerti apa yang mas rasa Agustus lalu. Dan sekarang mas ngerti kan apa yang aku rasa dulu?" ucapmu sebagai balas tanyaku yang tak mengerti kenapa kita 'masih'.

Tapi pada akhirnya aku memutuskan untuk pergi dari semua hiruk pikuk masa lalu itu. Tentu saja sambil mencoba menganggap biasa semua yang pernah kau ucap padaku, karena bagaimanapun juga kau pasti sudah lupa dengan apa yang kau katakan dulu. Maaf bukan maksud menyebutmu pelupa atau bagaimana, hanya saja aku pernah mengetes daya ingatmu tentang beberapa hal yang dulu dengan kata yang begitu berarti untukmu ketika menggambarkan "kita". Dan benar kau lupa, malah kata itu kau artikan dengan seseorang dari masa lalumu yang jauh. Aku pun tertawa -hahahaha.

Mengingat menjadi penting karena hidup itu bergerak dan kita tahu manusia itu terbatas dalam menyimpan kenangan. Dan seperti kata Moamar Emka jika penulis itu Observer yang baik, maka aku ada seperti seorang observer ketika aku mengingat kamu, semuanya. Tapi kau keliru jika bisa melakukan itu baru ketika aku belajar menulis untukmu dulu. Jauh sebelum itu aku selalu melakukannya, ketika aku belajar menjadi seorang peniru. Pertama kali adalah saat aku memberi warna buah jeruk yang kugambar dengan warna Orange, 22 tahun yang lalu.

Namun tak bisa kusalahkan utuh jika kau memang pelupa, karena bagaimanapun juga manusia itu memilih apa yang ingin di ingat ataupun di lupa. Kamu pasti pernah mendengar jika Cinta itu Buta? Kau salah jika mempercayainya, saat jatuh cinta manusia tetap bisa melihat karena itu ia bisa mengingat. Yang ada hanyalah kita mulai memilih apa yang ingin kita lihat. Dan ketika kau mulai lupa dengan apa yang pernah kita cakapkan dulu, maka aku tahu ada yang lebih penting dari seorang aku yang wujudnya baru dua kali kau lihat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun