Mohon tunggu...
Ardiansyah
Ardiansyah Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Akademisi ialah yang membumikan literasi.bukan pandai bernarasi basa-basi .

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hati-Hati terhadap Hati

13 Juni 2024   02:00 Diperbarui: 13 Juni 2024   02:05 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada diri manusia semuanya akan dihisab oleh Allah SWT. baik fisik ataupun metafisik tiada akan terbebas dari hisab-Nya. Jika banyak pena yang digoreskan di atas kertas untuk membahas akal, maka Penulis merasa perlu menggoreskan pena untuk menulis dan membahas perihal hati. mungkin ada pertanyaan;"Seberapa penting hati itu untuk dibahas?". Jawabannya adalah, sangat penting. Kenapa ? Karena hati adalah sensor  bagi anggota badan manusia yang lain. ada adagium "hati-hatilah terhadap hati!". Terminologi tersebut sulit untuk ditolak karena Rasulullah Saw mengatakan :

"Ketahuilah bahwa dalam badan manusia ada segumpal daging, Apabila baik daging itu maka baiklah seluruh jasadnya dan apabila ia buruk atau rusak maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah dia adalah hati".

Karena hati manusia adalah sensor bagi anggota tubuh lainnya, maka manusia perlu menata hati agar tertata rapi, perlu mengobatinya agar sehat, perlu mendidiknya  agar tidak brutal. Karena hati yang tidak dididik dan dibina, maka hati itu akan menjadi sakit, karat, bahkan mati. 

Dalam realitanya, manusia tidak bisa menghindar dari 2 kemungkinan kondisi hati. Pertama, hati yang sehat (qolbun Salim). Kedua, hati yang sakit (qolbun saqim). Tentu sebagai manusia yang sehat akal, kita berharap jenis yang pertama, yaitu hati yang sehat (qolbun Salim). Karena hati yang sehat inilah yang kelak mengantarkan manusia ke syurga-Nya.

 Allah SWT berfirman:

"Pada hari tidak bermanfaat lagi harta dan anak, kecuali manusia yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat" (Q.S. as-Syu'ara : 88-89).

Hati yang selamat adalah hati yang sehat, hati yang tidak terhinggap oleh noktah hitam, hati yang berhati-hati dalam merasa, hati-hati dalam beramal, hati yang menyandarkan kepasrahan dan harapan hanya kepada Allah SWT. artinya, hati yang terlihat baik karena perbuatan namun buruk dalam pandangan Allah, maka ini adalah tipe hati yang tidak selamat. Betapa banyak manusia yang  baik dalam pandangan manusia, namun mendapatkan tempat terburuk di akhirat karena kerusakan hatinya.

Hati yang selamat adalah hati yang bersih. Yaitu hati yang tidak ada amrodhul qulub (penyakit-penyakit hati). artinya hati manusia tersebut tidak sombong (takabbur), tidak dengki (hasad), tidak  pamer (riya'), tidak ujub (merasa paling baik), tidak sum'ah (ingin kebaikannya diceritakan orang banyak), tidak tamak (serakah), tidak Bakhil (kikir), tidak negatif thinking (su'uzhan) dan lainnya. Karena itu jadilah manusia pemilik hati yang sehat. 

Menata hati memang tidak mudah, namun bukan berarti ia adalah hal yang mustahil untuk dilakukan. Hal terbaik untuk menata hati adalah pondasi pengetahuan agama yang didapatkan dari proses belajar. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun