Mohon tunggu...
M Nur Ardiansyah
M Nur Ardiansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ

Lahir di Brebes, 4 Januari 2001

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Program Kementrian Sosial Pejuang Muda sebagai Arah Baru Pendidikan Indonesia

29 Desember 2021   20:57 Diperbarui: 29 Desember 2021   21:03 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : pejuangmuda.kemensos.go.id

Pemerintah telah berupaya untuk memerhatikan kualitas pendidikan di Indonesia salah satunya dengan meluncurkan program merdeka belajar oleh kemendikbudristek Nadiem Makarim pada tahun 2020. Program ini bertujuan untuk menyiapkan karier mahasiswa yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa yaitu memiliki keterampilan yang relavan dengan karier yang dijalankan nantinya. 

Tak hanya program merdeka belajar, Kemensos Tri Rismaharini juga meluncurkan program baru yaitu pejuang muda. Sistem yang ditawarkan bisa dibilang sama dengan merdeka belajar namun perbedaannya adalah pejuang muda berfokus pada kewirausahaan sosial yang nantinya mahasiswa akan mendapatkan pengalaman di lapangan dan ditempatkan ke daerah pascabencana, daerah terdampak kemiskinan, daerah Komunitas Adat Terpencil (KAT). 

Dengan adanya program ini diharapkan mahasiswa dapat menerapkan ilmunya untuk membuat hal positif melalui hal-hal sosial kemanusiaan. Disini mahasiswa diajak untuk berkolaborasi dengan instansi pemerintah, tokoh masyarakat, dan warga sekitar. Melalui program setara 20 SKS ini (1-2 semester), mahasiswa bisa memilih kategori yang ditawarkan. Dengan kategori program antara lain : Isu pengembangan program bantuan sosial; Pemberdayaan fakir miskin dan lansia; Pola hidup sehat dan kesehatan lingkungan; Fasilitas untuk kepentingan umum.

Hal ini menunjukan bahwa pendidikan di Indonesia telah berkembang dengan bertahap. Dengan adanya program ini menjadikan pendidikan di Indonesia lebih fleksibel dan tidak berfokus kepada teori saja, namun juga mengaplikasikan dengan tindakan nyata. Bukan hanya itu saja melalui program pejuang muda mahasiswa juga belajar untuk berpikir kritis dan peka terhadap permasalahan yang ada pada lingkungan yang mereka dapatkan.

Program ini sesuai dengan teori pedagogi kritis yang dicetuskan oleh Henry Giroux yang menjelaskan bahwa, pedagogi kritis hendak melakukan kritik terhadap segala bentuk penindasan yang terjadi di dalam masyarakat, baik dalam bentuk penindasan ekonomi, politik, pendidikan maupun budaya. Contoh paling nyata adalah soal kritik terhadap pendidikan. Seringkali, pendidikan dilihat sebagai tempat membentuk manusia sesuai dengan kebutuhan perusahaan. 

Oleh sebab itu, budaya yang dikembangkan adalah budaya kepatuhan dan ketakutan. Pedagogi kritis hendak mempertanyakan hal ini, sekaligus melihat kemungkinan terjadinya perubahan mendasar ke arah kebebasan, keadilan, kesetaraan dan harapan. Dari kaca mata ini, sekolah bukanlah tempat persiapan karyawan-karyawan perusahaan, melainkan sebagai ruang publik demokratis, dimana nilai-nilai keadilan, kebebasan, kesetaraan dan harapan dibentuk dan dilestarikan (Wattimena, 2018).

Pedagogi kritis memiliki kaitan erat dengan politik. Dengan membenturkan pendidikan dan politik, peserta didik diajarkan untuk melihat keadaan secara kritis. Dari pemahaman kritis ini, mereka lalu bisa terlibat secara bertanggungjawab di dalam melakukan perubahan sosial yang dibutuhkan. 

Hal ini tentu sangat sesuai dengan program yang dicetuskan Kemensos dalam tujuannya dalam perubahan sosial yang dibutuhkan pada daerah yang membutuhkan peran dari mahasiswa pejuang muda. Dengan ini mahasiswa bisa membantu kesejahteraan sosial yang ada di Indonesia agar tingkat kesejahteraan di Indonesia dapat terpenuhi.

Dengan adanya program pejuang muda maka bisa kita lihat perlahan namun pasti pergerakan arah pendidikan di Indonesia semakin demokratis, bebas, dan adil tidak hanya diarahkan sebagai karyawan perusahaan namun juga peka terhadap permasalahan lingkungan yang dihadapi. Pemerintah telah berupaya sebaik mungkin untuk memperbaiki kualitas pendidikannya agar Indonesia tidak semakin jauh dengan bangsa lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun