Mohon tunggu...
Ardi Karendi
Ardi Karendi Mohon Tunggu... -

kata yang tak terbatas

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Indonesiaku Tenggelam

1 Februari 2015   21:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:59 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Desir pasir mengubah kegirangan menjadi lamunan terdalamku.

Jatuhnya butiran hujan menidurkanku dalam lamunan yang kaku.

Kicauan burung mengejutkan serta membangunkanku dari mimpi yang begitu indah.

Aku tersadar akan semua kekacauan yang terjadi di negaraku yang tercinta ini.

Kebodohan yang dilakukan Elit-elit politik.

Persatuan yang ada dalam butir pancasila, yang selalu kubaca saat aku masih berseragam merah putih, sekarang telah hilang.

Hanya karena kedudukan!

Hanya karena kekuasaan!

Hanya karena harta!

Wahai pemimpin-pemimpin rakyat!!!

Ingatlah sumpahmu!

Ingatlah janjimu!

Ingatlah para pahlawan yang telah mengorbankan darah dan nyawa untuk bangsa ini!

Tidak pernah kah terpikir oleh kalian dosa.

Tidak kah kalian berpikir akan indahnya negri ini jika kalian bersatu.

Tidak kah terpikir oleh kalian akan kemiskinah dan kelaparan dibumi pertiwi ini.

Persatuan tidak beguna lagi bagi kalian jika tidak menguntungkan kalian.

Etika kalian sudah sudah hilang ditelan gemerlapnya dunia.

Ingat lah pada akhirat.

Percayakah kalian kehidupan setelah kematian.

Wahai para pemimpin kami, harga diri Bangsa ini ada di tangan kalian!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun