Mohon tunggu...
Ardiansyah Farizi
Ardiansyah Farizi Mohon Tunggu... Buruh - Ingat Asal

Seorang pemuda yang mencoba menyulam kehidupan. Mencoba bermanfaat bagi manusia lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Dia yang dalam Paradoks

26 Februari 2018   14:51 Diperbarui: 26 Februari 2018   15:07 2042
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ramayana... Kisah klasik yang begitu terkenal diseantero jagad raya ini, hampir bisa dibilang semua orang tahu akan kisah ini. Jika memang tak tahu mungkin dia baru saja lahir atau ia adalah makhluk yang baru datang dari Mars (Bisa jadi iIa kawannya si PK.. hehe). Selalu saja ada dua sisi yang ditampilkan para penyaji ceritera, HITAM dan PUTIH. 

Disisi Hitam Rahwana selalu saja di anggap sebagai biang rusuh pembuat masalah dalam kisah ini. Ia digambarkan sebagai Raksasa dengan dasamuka, yang dipersalahkan karena menculik sang Dewi Shinta. Ia dikatakan sebagai kejahatan yang berlawanan dengan Ramawijaya sang kebaikan. Kejam, Bengis, segala keburukan ditimpakan pada dirinya.

Di sisi berlawanan, sang Ramawijaya ditampilkan seolah sempurna tanpa cela, Wajahnya ganteng menawan (bayangkan sja afgan dimasa kini masih lewat oleh sang Rama). Punya kebaikan luar biasa, lembut, bijaksana dan sebagainyalah.. karena susah sekali untuk digambarkan kesempurnaannya.

Hanya saja, kadang tergelitik rasanya pikiran kita tentang perilaku kedua pentolan Ramayana ini. Perlu rasanya menatap dan melihat lebih dalam mengenai keduanya, siapa yang sebenarnya kebaikan dan siapa yang menjadi keburukan/kejahatan.

SISI RAHWANA

Prabu Rahwana sang Raja Alengka dengan gelar dasamukaini memang memiliki wajah yang bisa dibilang sangat tidak menarik, teramat jauh jika harus kita bandingkan dengan Ramawijaya (tak bisa dibayangkanlah 1:9 ..hehe). Namun dibalik sisi seram yang tertampil dari wajahnya ternyata ia merupakan raja yang luarbiasa. Digambarkan bahwa kerajaan Alengka begitu sejahtera serta aman dari gangguan.

Ini berarti, berlawanan dengan penggambaran sebelumnya yang mengatakan bahwa ia kejam, sumber kekacauan. Maka perhatikanlah oleh kita, Seluruh rakyatnya rela memberikan jiwa raga saat pasukan kera yang dipimpin Ramawijaya menyerang alengka. Sekali lagi kita disajikan hal yang aneh, penggambaran awal tentang raja yang kejam ini   menjadi tersapu. Kok bisa, Raja yang kejam dibela mati-matian oleh rakyatnya??

Kedua, Rahwana ini memiliki pengetahuan dan kesaktian yang luarbiasa tinggi. Tak mungkin anugerah ini bisa didapat dari guru yang hebat oleh raja yang bodoh dan kejam, bahkan dewa pun mengakui kehebatannya. Dia melalui tapa yang begitu panjang demi mendapatkan banyak kesaktian dan pengetahuan. Sehingga melewatkan sayembara mendapatkan cinta Shinta sang dewi saat dia masih bertapa. Kalu tidak bukan tidak mungkin Ramawijaya dikalahkannya.

Ketiga, selama di Alengka sang dewi yang jadi rebutan Shinta,Tak pernah satu kali pun disakiti dan atau dipaksa sang Rahwana untuk menjadi milikntya. Padahal jikalau mau bisa saja sang raja memenuhi keinginannya. Namun apa yang ia ucapkan, "Aku tak akan menyentuhmu wahai dewiku, sebelum mampu menyentuh hatimu..". Sebuah komitmen yang dibuktikannya sampai akhir nafas terhenti. 

Pada saat ada dewi Shinta, sisi romantis Raja Alengka ini keluar. Setiap saat ada kesempatan disambangi olehnya sang dewi, disampaikan bermacam rayuan padanya. "Ohh adindaku, sang dewi yang mengiasi pikiranku selalu Bagaimana dirimu hari ini? Jangan bersedih, tersenyumlah. Karna tak boleh ada air mata yang keluar saat kau disini"

Diberi rayuan semacam ini terus menerus selama bertahun-tahun sebenarnya sang dewi hampir goyah. Namun ia tetap berusaha menepis rasa yang mulai tumbuh dihati untuk Rahwana. Meski demikian Ramawijaya tetap dihatinya, sehingga Ia tetap meminta Sang Rahwana Untuk tidak membunuh belahan jiwanya. Begitu cintanya Rahwana Hingga Ia pun mengiyakannya.Kalau lah tidak demi melihat senyum Shinta Tentu ia akan Menghabisi sang Rama.

SISI RAMAWIJAYA

Dibalik kesempurnaan sang Ramawijaya sebenarnya banyak hal yang paradoks, mengapa demikian.. Sang Ramawijaya yang "katanya" pangeran i baik itu tak diberi bantuan sedikitpun oleh kerajaannya untuk menjemput kembali sang dewi. Malah Hanya dibantu oleh pasukan kera pimpinannya Hanoman.

Itu pun didapat karena ia membantu Hanoman menggulingkan Subali yang notabene penguasa sah pasukan kera. Yang dilakukan dengan cara membokongnya, yaa.. lewat belakang. Ini tentu bukan tindakan kesatria. Lalu bagaimana mungkin bisa disebut benar menggulingkan pemerintahan yang sah.

Selain itu, ada sedikit kekecewaan yang dirasakan Shinta karena yang menjemputnya ditaman Alengka bukan sang pujaan Hati Ramawijaya. Yaa... Ramawijaya Hanya mengutus kera Hanoman. Sehingga sang Shinta enggan untuk ikut, coba saja kalau Ramawijaya tak congkak untuk turun langsung menjemput tentu peperangan bisa dicegah.

Yang paling aneh ialah, ketika sang dewi telah kembali dipelukannya. Sang Ramawijaya tak mempercayai kesucian Shinta karena telah bertahun-tahun di istana Rahwana. Untuk membuktikannya, maka Ia meminta sang dewi untuk terjun ke dalam nyala api. Lebih aneh lagi ketika sang dewi selamat dan tak tersentuh api sedikitpun yang mengisyaratkan bahwa ia memang setia menjaga kesucian dari Rahwana, malah Ramawijaya tetap mengusirnya. Hingga sang dewi sampai pada pertapaan Valmiki.

HITAM ATAU PUTIH

Sepertinya kita perlu memikirkan kembali siapa yang baik dan siapa yang buruk dengan kenyataan ini. Hanya saja sebenarnya dalam kehidupan ini  Tidak ada yang benar-benar Hitam dan tak ada yang benar benar Putih. 

#ARDIANSYAH

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun