Di pasar landasan ulin,
Tangan indahmu menjalin keindahan semesta
Batang pohon pisang pun pasrah ditanganmu
Bersama melati, anggrek dan daun hijau mesra menyatu
Sejumput keindahan pembasuh duka peziarah
Biarkan air mata tertumpah anakku,
Untuk kekasih yang terbaring tenang
Tak ada yang ditinggalkan,
Hanya kehidupan dalam genggaman sang penguasa alam
Cium lah bunga - bunga yang kujahit ini,
Titipkan semerbak harum nya pada tanah,
selimut setia sang kekasih jiwa
Jika air mata tak cukup lagi
Kelopak - kelopak bunga indah ini pun menangis bersama mu
Keping - keping hati pun meronta,
Untaian ingatan menghunjam hati
Kelak,
bunga - bunga yang kujahit ini,
Meminta arwah sang kekasih bangun dari tidur nya,
Agar engkau dilihatnya dan menghapus air mata mu
Panggillah arwah sang kekasih
Karena sedih tak pamit jua
Mari anakku,
Kujahitkan bunga - bunga ini,
Karena bulan depan,
Sang Kekasih akan datang lagi
Tak ada perpisahan anakku,
Untuk sang pemilik untaian jiwa
Banjarbaru, selasa/ 12 Nov 2013, siang 11 : 20
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H