Mohon tunggu...
Astriana
Astriana Mohon Tunggu... Freelancer - Pengarang

Review, sastra, diktat kuliah, mental health

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Citra Perempuan dalam Puisi "Ranjang Ibu" Karya Joko Pinurbo

30 April 2024   12:06 Diperbarui: 30 April 2024   12:53 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Philipus Joko Pinurbo atau yang akrab disapa Jokpin adalah penyair terkemuka kelahiran 1962 . Jokpin menekuni kegemaran menulisnya sejak duduk di bangku SMA. Tak heran, ia mampu menyajikan citraan unik dan kuat dalam puisi-puisinya. Puisi berjudul Ranjang Ibu contohnya, meskipun singkat puisi ini cukup menohok dan mampu mewakili situasi budaya yang terbangun di masyarakat kita saat itu. Apakah perempuan dicitrakan sebagai gender sekunder ? Dan simbol ke"gagah" an laki-laki sangat ditonjolkan? Aspek tersebut mungkin saja raberpengaruh pada dua sudut pandang yakni konvensi sastra dan budaya. Konvensi yang berarti pemufakatan ini akan mengarahkan pemikiran kita untuk membuat pemaknaan terhadap kata "ranjang" "derak" dan "ibu" dalam puisi yang dimaksud. 

Ranjang Ibu

Oleh: Joko Pinurbo

Ia gemetar naik ke ranjang
sebab menginjak ranjang serasa menginjak
rangka tubuh ibunya yang sedang sembahyang.
Dan bila sesekali ranjang berderak atau berderit,
serasa terdengar gemeretak tulang
ibunya yang sedang terbaring sakit.

Analisis Penulis

Menukil dari buku Sastra dan Ilmu Sastra karangan A Teeuw (2015), terlepas dari konvensi sastra dan budaya kita memiliki internalized grammar of poetry atau tata puisi yang dicernakan oleh pembaca. Sejak puisi selesai ditulis oleh pengarang, pembaca bebas menafsirkan makna dalam puisi sehingga bisa jadi cukup subjektif. 

Dalam puisi Ranjang Ibu, kata "ibu" menawarkan pemaknaan sebagai objek hubungan seksual. Meskipun tidak secara jelas dinarasikan dalam puisi. "Ranjang" mempunyai konotasi yang berbeda dengan "tempat tidur". Dalam budaya kita "ranjang" adalah tempat yang sakral. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun