Mohon tunggu...
Astriana
Astriana Mohon Tunggu... Freelancer - Pengarang

Review, sastra, diktat kuliah, mental health

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cinderella Complex, Syndrom Ketergantungan Perempuan

16 November 2021   07:40 Diperbarui: 16 November 2021   07:51 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: https://www.redbubble.com/people/fairygirl/works/1770282-cinderella-sad

Hai Kompasianer! Pernah dengar istilah Cinderella Complex? Atau malah belum pernah sama sekali? Ya, cinderella complex memang istilah baru dalam psikiatri modern yang pertama kali dicetuskan oleh Collete Dowling, seorang terapis asal New York. Saya mungkin bisa menyebutnya sebagai syndrom ketergantungan perempuan. Kenapa begitu? Nah mari kita simak penjelasan berikut ini.

Apa Itu Cinderella Syndrom?

Dalam buku berjudul "The Cinderella Complex: Women's Hidden Fear of Independence" (1981) Collete Dowling menjelaskan syndrome Cinderella Complex sebagai sebuah keinginan di bawah ketidaksadaran untuk diurus oleh orang lain atau keadaan yang dialami perempuan dimana ia sangat ingin dilindungi dan membutuhkan seorang pria sebagai tameng dalam kehidupannya. Orang awam yang pikirannya telah lekat dengan budaya patriarki mungkin akan menormalisasi hal tersebut. Tapi dalam kenyataannya dampak budaya patriarki yang mendorong kemunculan Cinderella complex cukup serius.

Kita mulai dari Cinderella, dari dongeng tersebut perempuan dipersepsikan atau dibentuk sebagai manusia yang ketika disakiti maka jalan keluarnya adalah sabar dan ikhlas. Padahal bukan hal yang salah jika Cinderella melawan ibu tiri dan dua saudarinya, dengan memperingatkannya misal atau kabur dari rumah dan menjadi perempuan mandiri. Selain itu budaya patriarki yang menempatkan perempuan selalu di bawah laki-laki terlihat jelas saat pangeran datang dan mengubah kehidupan Cinderella. Seakan perempuan adalah manusia lemah yang hidupnya akan lebih baik ketika sosok pangeran datang. Padahal belum tentu.

Dampak Cinderella Syndrom?

Secara keilmuan Cinderella syndrome belum ditetapkan sebagai gangguan psikis. Akan tetapi syndrome ini memunculkan gejala berupa gangguan psikis/emosi. Karena pertama, sejak kecil (melalui dongeng Cinderella) anak dibatasi atau dipetakan bahwa perempuan adalah sosok anggun, cantik, sabar, pasrah, dan menunggu pangerannya di hari esok. Kedua, ia berpotensi memiliki harapan yang tidak realistis dan mustahil dipenuhi sehingga membuka peluang stress/depresi lebih tinggi saat ekspektasinya tidak terpenuhi.

Masih relevan dengan dongeng Cinderella. Selanjutnya, terkait pola asuh yang berkembang di masyarakat kita. Kita tahu bahwa ada stereotip yang berbeda antara perempuan dan laki-laki. Kebiasaan memanjakan dan terlalu protektif pada anak perempuan memunculkan ketergantungan pada orang lain, paling minimal pada orang tua. 

Extremely over-protective parenting atau taking care of girls like princess, jelas tidak baik bagi perkembangan psikis anak perempuan. Mungkin itu sedikit tidak terlalu buruk jika orang tua mampu menjamin kehidupan putrinya sejahtera selamanya. Tapi orang tua tetap manusia yang pasti mati, jika fasilitas dan perhatian yang selama ini didapat tiba-tiba hilang, penderita cindrella syndrome yang tidak terbiasa mandiri menghadapi kesulitan hidup akan mengalami syok atau bahkan stress. Apalagi jika sosok lelaki yang ia harapkan mampu membuat ia bahagia tidak pernah datang.

Cinderella Complex adalah sindrom psikologis yang secara tidak langsung mendorong perempuan untuk bergantung pada laki-laki.

"Women wait for a "man" to come and take over control of their lives, so that they can live happily and content with standing behind their men." (Sneha dan Tanishka, 2016)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun