Sekarang hutan adat dimana mereka bisa berburu babi hutan, menangkap ikan, menanam sagu, dsb terbaksa berubah menjadi lahan sawit. Dengan kondisi tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari perusahaan kelapa sawit seolah akan jadi pahlawan dengan cara membuka lapangan pekerjaan yang memperkerjakan mereka.
Maka boleh kita mengingat kalimat yang saya dapat dari siaran igtv Pak Jokowi. Kurang lebih begini, "Maksud pemerintah menetapkan omnimbus adalah membuka lapangan pekerjaan guna menampung sebanyak-banyaknya angkatan kerja di Indonesia."
Ya betul. Lalu seperti itu kah? Entah mengapa saya yakin sebagian besar masyarakat yang bakal bekerja di perusahan tersebut akan menjadi pekerja kasar saja, sekalipun tak menutup kemungkinan menjadi pekerja professional.
Saya tidak bersikeras untuk mengkait-kaitkan dua hal itu kemudian memojokokkan pemerintah sebagai pihak tersalah. Namun jika akhirnya memang selaras, pertanyaan utama saya adalah, "Apa itu Indonesia?"
Apakah sebuah negara merdeka dengan bendera merah putih? Atau nama dari negara di benua Asia yang dimaknai secara geografis saja? Atau bangsa yang besar dengan nilai-nilai luhur pancasila? Lalu bagaimana, dimana, dan apa pancasilanya Indonesia?
Interpretasi rendah. Omnimbus dan hutan adat membuka wawasan saya tentang namanya Indonesia yang baru. Anda boleh menolak atau menerima pendapat saya. Tapi saya ingin membagi guyonan guru antropologi saya waktu itu. Cerita sekaligus penutup yang membawa kesimpulan tentang persoalan omnimbus dan hutan adat bagi saya.
 "Kalian tahu kenapa orang asing suka membuka perusahaan di Indonesia?"
"Kenapa Pak?" satu kelas menjawabnya sambil tertawa asem.
"Karena modalnya sedikit, tenaga dan bahan baku murah, izinya mudah, limbahnya di buang ke Indonesia, dan kerusakan alamnya ditanggung Indonesia."
"Tepuk tangan untuk Indonesia!" kata beliau kemudian.
Sungguh saya tidak ingin tertawa waktu itu. Tapi sekarang semua kelihatan lucu.