Part 1: Menggarisbawahi Makna 'Mimpi' yang SesungguhnyaÂ
Sejak semester tiga, Ardiah Umi, mahasiswi jurusan Administrasi Bisnis di Politeknik Negeri Semarang, telah membayangkan dirinya menjelajahi dunia yang lebih luas. Mimpi untuk mengikuti program pertukaran mahasiswa bukan sekadar keinginan belaka, melainkan sebuah hasrat yang mendalam untuk belajar dan mengalami hal-hal baru. Inspirasi itu muncul ketika ia membaca sebuah artikel tentang seorang mahasiswa Indonesia yang berhasil meraih beasiswa di sebuah universitas ternama di Skotlandia. Kisah mahasiswa tersebut begitu menginspirasinya, hingga Ardiah pun bertekad untuk mengikuti jejaknya.
Negara sakura, Jepang, menjadi tujuan utama Ardiah. Ia terpukau oleh budaya, teknologi, dan keindahan alam negeri matahari terbit. Bayangan tentang berjalan-jalan di sepanjang jalanan Tokyo yang ramai, menikmati keindahan bunga sakura di musim semi, dan belajar bahasa Jepang langsung dari penutur aslinya, membuat hati Ardiah berbunga-bunga.
Proses persiapan pun dimulai. Ardiah mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang program pertukaran mahasiswa yang ada. Ia bergabung dengan berbagai komunitas online, mengikuti seminar, dan berkonsultasi dengan dosen pembimbing. Persyaratan yang harus dipenuhi cukup menantang, mulai dari nilai akademik yang tinggi, kemampuan bahasa Inggris yang baik, hingga esai yang menarik. Namun, Ardiah tidak gentar. Dengan tekad yang kuat, ia mulai mengumpulkan semua dokumen yang diperlukan.
Salah satu kendala yang dihadapi Ardiah adalah kesulitan dalam mencari surat rekomendasi dari dosen. Beberapa dosen yang ia mintai bantuan sedang mengikuti penelitian, sehingga kurang mudah untuk meluangkan waktu. Namun, Ardiah tidak menyerah. Ia terus berusaha hingga akhirnya menemukan dosen yang bersedia membantunya. Dukungan dari orang tua dan teman-teman juga menjadi motivasi tersendiri bagi Ardiah untuk terus berjuang.
Part 2: Kegigihan di Tengah Tantangan
Kegagalan untuk mengikuti program pertukaran pelajar tidak menyurutkan semangat Ardiah. Ia justru semakin termotivasi untuk mencari alternatif lain yang dapat mengasah kemampuan dan memperluas wawasannya. Dengan tekad bulat, Ardiah mulai menjelajahi berbagai sumber informasi mengenai program Merdeka Belajar. Ia menghabiskan berjam-jam di depan layar komputer, membaca artikel, menonton video, dan bergabung dalam forum diskusi online.
Setiap hari, Ardiah mencatat segala informasi penting yang ia dapatkan. Ia membuat daftar program-program yang relevan dengan minat dan bakatnya, serta persyaratan yang harus dipenuhi. Ardiah juga aktif bertanya kepada teman-teman, dosen, dan alumni mengenai pengalaman mereka mengikuti program Merdeka Belajar.
Dalam perjalanannya mencari informasi, Ardiah tidak jarang menemui berbagai kendala. Salah satu tantangan terbesar adalah banyaknya pilihan program yang tersedia. Ia merasa kebingungan dalam memilih program yang paling sesuai dengan tujuannya. Selain itu, Ardiah juga harus berhadapan dengan informasi yang tidak akurat atau menyesatkan. Namun, ia tidak menyerah begitu saja. Ardiah terus berusaha mencari informasi yang valid dan terpercaya.
Part 3: Menemukan Jalan Sendiri untuk Mengukir Jejak BaruÂ
Meskipun program pertukaran mahasiswa  yang diimpikan harus ditunda, Ardiah tidak berdiam diri. Ia memutuskan untuk tetap aktif mencari pengalaman belajar yang baru. Dengan semangat yang membara, Ardiah mengajukan diri untuk mengikuti program magang di sebuah startup lokal. Di sana, ia terlibat dalam berbagai proyek, mulai dari membantu tim pemasaran dalam membuat konten media sosial hingga memberikan dukungan administratif kepada tim operasional. Pengalaman magang ini tidak hanya memberikan Ardiah kesempatan untuk menerapkan ilmu yang telah dipelajarinya di bangku kuliah, tetapi juga membuka wawasannya tentang dunia kerja yang sebenarnya.Â