Mohon tunggu...
Ardiabara Ihsan
Ardiabara Ihsan Mohon Tunggu... profesional -

Melompati Zaman...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ketahanan Nasional Pemuda 1

30 Agustus 2014   09:19 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:07 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

The borderless of this country and the advance of globalization rapidly makes interdependency among the country.. Globalization makes future unguessable. The change is something that will come true. It can be the good effect to the developing country such as Indonesia, or the contrary. It also can be the treath to the stabilisation of a country, especially for Indonesia.

These change can be the contradiction, conflict, or even the decrease that can make future full of surprise. In one side, globalization can bring the positive effect to the developing of this nations, if we can change the callenges become opportunity. Another side, this condition is a tragedy of a civilization. For some countries will have the damage that can make them having the shock culture and shock moral.

Each country must have the good National Resilience facing the global change rapidly. For those which have the strong National Resilience can get the purpose that is hoped. It just the strong national resilience that can make Indonesian Dream comes true. Youth is the key. Youth becomes the fasilitator that can make Indonesia depence itself, and have a good national resilience.

Youth means the time of life between childhood and maturity; early maturity; the state of being young or immature or inexperienced; the freshness and vitality characteristic of a young person. Talking about youth, we will find this potency of a nations in every civilizations all over the world. Youth had shown the fact that they are deserved to lead in a nations. They tells to the world that those who realise the presence of youth in a nations is a blessing for those nations. Doing their function placed in a civilization, youth have the significance contribution to the change of a nations. National Resilience side, youth are able to maintain the dependence and the unity of a country from its decrease.

Pemuda, namanya

“Berilah saya seribu orang tua, saya bersama mereka kiranya dapat memindah gunung, tetapi apabila saya diberi sepuluh pemuda yang semangat dan berapi – api, kecintaannya pada bangsa dan tanah air tanah tumpah darahnya, saya akan menggemparkan dunia”
(Bung Karno: Presiden RI I)

Entah suasana hati yang seperti apa tersirat di sanubari sang proklamator Indonesia ketika itu. Saat dalam rapat - rapat umum sekitar tahun 1927 - 1928 dalam pidato – pidatonya hampir selalu terlontar kalimat menggebu tentang kedahsyatan kekuatan pemuda. Dalam kesempatan itu, sebuah kalimat yang tiba – tiba saja tertuang dengan ikhlas dan sejujur – jujurnya dari hati hati yang paling dalam. Sebuah wujud pengharapan akan generasi muda, “akan aku gemparkan dunia”, demikian kira – kira pengharapannya. Ya, pemuda namanya. Kunci jawaban dari segala permasalahan yang melilit bangsa Indonesia saat ini. Sosok muda, progresif dan berapi – api yang dilandasi oleh landasan kebangsaan serta spirit cinta pada bangsa rela bersimbah darah dan keringat mungkin itu lah yang akhirnya melatarbelakangi Bung Karno menyuarakan bahwa mereka mampu menggentarkan dunia. Hanya sepuluh saja.

Tentu saja bukan hanya sebuah apologi atau pun irrational logic sebuah pendapat yang demikian tertuang. Kiranya Bung Karno sendiri memang telah menyadari bahwa dalam pembentukan Negara – bangsa, dan ketahanan nasional yang sebenarnya dibutuhkan pemuda sebagai aktor utama dan garda terdepan. Memang benar, pemuda lah jawabannya. Pemuda lah narasi sejarah kegemilangan peradaban dunia. Berbagai kesuksesan peradaban pasang surut pergantian kegemilangan tertulis torehan pemuda sebagai kuncinya. Fakta sejarah tak bisa kita bantah bahwa di tangan pemuda lah nasib sebuah bangsa akan menemukan jati diri yang sebenarnya. Bukan sebuah hiperbolis, namun demikian sejarah menceritakan kepada kita bahwa pemuda yang cinta kepada bangsa dan tanah airnya mempunyai keterikatan bathin dengan kebangkitan sebuah peradaban.

Hasan Al Banna, seorang tokoh kebangkitan islam abad 20 dalam sebuah risalahnya menuangkan sebuah catatan tersendiri perenungannya akan hakikat kekuatan pemuda.
“Sesungguhnya sebuah pemikiran itu akan berhasil diwujudkan manakala kuat rasa keyakinan kepadanya, ikhlas dalam berjuang di jalannya, semangat dalam merealisasikannya dan kesiapan untuk beramal serta berkorban dalam mewujudkanny. Keempat rukun ini, yakni iman, ikhlas, semangat dan amal merupakan karakter yang melekat pada pemuda. Karena sesungguhnya dasar keimanan itu adalah nurani yang menyala, dasar keikhlasan asdalah hati yang bertakwa, sdasar semangat adalah perasaan yang menggelora dan dasar amal adalah kemauan yang kuat. Hal itu semua tidak terdapat kecuali pada diri para pemuda.”

Pemuda hari ini adalah benar pemimpin di esok hari. Demikian kuatnya pengharapan dan tumpuan kepada para pemuda dalam sebuah bangsa. Cerita peradaban selalu mengaitkan pemuda sebagai pahlawannya. Pemuda menjadi tameng perubahan besar bagi dunia. Hal itu dibuktikan oleh Rasulullah saw. dalam mengorganisir pemuda membawa risalah kebenaran dan dibawa oleh orang yang benar, serta progressif. Tercatat berbagai nama pemuda terbaik di zamannya menghiasi perjalanan Muhammad saw. hingga sampailah risalah itu kepada umat dunia. Islam. Lagi – lagi para pemuda yang mengiringinya.

Tidak kurang dari sahabat seperti Ali bin Abi Thalib, Zubair bin Awwam, Ja’far bin Abi Thalib, yang sejak berusia delapan tahun telah ikut berjuang bersama Rasul hingga ketika usia mudanya tiba, mereka sudah sedemikian matang mengelola sebuah peradaban yang besar. Sama halnya dengan sahabat seperti Arqam bin Abi Arqam, Shuhaib Ar Rumy, Zaid Bin Haritsah, Sa’ad bin Abi Waqqash, Usman bin Affan, Usamah bin Zaid, yang sedari belasan tahun berjuang bersama Muhammad saw. semasa belia mereka, semasa usia melampaui kedsewasaan, semasa umur meninggalkan pemikiran, maka dalam sekejap dunia dikejutkan oleh para pengembala domba, anak ingusan kemarin sore, atau malah si nakal sebelumnya, yang tiba – tiba berubah menjadi pemimpin dunia, kelak beberapa tahun berikutnya. Itu lah kekuatannya. Pemuda, namanya.

Sejarah pun kembali bercerita bahwa semangat intelektualitas pemuda semasa peradaban yunani yang diwarnai kecemerlangan pemikiran para pemudanya. Sebut saja seperti Socrates, Plato, Aristoteles, dsb. Ingat, ketika revolusi – revolusi besar terjadi di berbagai belahan dunia, dukungan pemuda lah yang menggairahkannya. Revolusi perancis digagas oleh semangat perjuangan pemuda, revolusi pasca perang dunia II dsi mesir yang memicu hengkangnya Inggris dari negara tersebut, di Amerika (1950), Spanyol (1968), Hungaria (1956), Amerika Latin (1928), Aljazair (1954), Susdan (1964), Jepang (1960-an), Korea Selatan (1960), Turki (1960), China (1989), Hingga di Indonesia (1908, 1928, 1945, 1966, 1974, 1978, 1998). Meski secara sporadis gerakan kebangsaannya, namun sekali lagi dunia akan maklum jika pemuda lah tokoh sentral berbagai perubahan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun