Mohon tunggu...
ardi cahyono
ardi cahyono Mohon Tunggu... -

Dosen

Selanjutnya

Tutup

Nature

Cara Pembuatan Pesawat Udara Out Hand Launched Glider (OHLG)

30 November 2011   01:20 Diperbarui: 4 April 2017   16:48 7655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dalam dunia Aeromodelling, pesawat udara yang paling sederhana dinamakan pesawat udara OHLG. Pesawat udara jenis ini tidak bermesin seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 1: Pesawat Udara OHLG

Sesuai dengan namanya, pesawat jenis ini diterbangkan dengan cara dilempar menggunakan tangan kemudian melayang sesuai karakter pesawat tersebut dan keadaan alam pada saat pesawat tersebut diterbangkan.

Cara menerbangkan pesawat udara ini seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 2: Cara Menerbangkan Pesawat Udara OHLG

Pesawat ini terbuat dari bahan yang sangat ringan dan cukup kuat yaitu kayu Balsa. Kayu Balsa dapat diperoleh di toko-toko yang menjual peralatan Aeromodelling.

Cara pembuatan pesawat udara OHLG adalah sebagai berikut. Wing dibentuk seperti gambar di bawah ini.

Gambar 3: Tampak Atas dari Wing

Aerofoil adalah penampang melintang dari wing. Leading edge (LE) adalah titik terdepan dari aerofoil. Trailing edge (LE) adalah titik paling belakang dari aerofoil.

Chord line adalah garis lurus yang menghubungkan antara LE dan TE. Maximum thickness terletak 30 % dari LE ditunjukkan dengan garis putus-putus. Aspect Ratio (AR) merupakan faktor kelangsingan sayap.

AR pada pesawat udara OHLG sebesar 5 sampai dengan 12. Sedangkan AR pada pesawat udara yang dikendalikan dengan radio (Radio Controlled RC Airplanes) sebesar 7 sampai dengan 10.

Rumus aspect ratio adalah AR=b^2/S dimana b adalah bentang sayap atau jarak antara ujung sayap ke ujung sayap lainnya pada wing. S adalah luas sayap. Untuk menentukan S dengan pendekatan trapesium di bawah ini.

Gambar 4: Trapesium

Dari gambar di atas maka S dihitung menggunakan persamaan S=(a+b)*t/2

Gambar 5: Aerofoil

Aerofoil dibuat seperti gambar 5 di atas. Maximum thickness terletak 30 % dari LE. Bentuk aerofoil ini sangat menentukan kemampuan pesawat untuk menghasilkan lift force.

Gambar 6: Balsa Keras pada LE

Pada LE di sepanjang wing sebaiknya digunakan kayu Balsa Keras seperti ditunjukkan pada gambar 6. Pemasangan Balsa Keras dilakukan sebelum pembuatan wing.

Tujuan pemasangan Balsa Keras pada wing untuk penguat pada saat penerbangan supaya pesawat tidak mudah rusak karena adanya benturan dengan benda keras.

Selanjutnya memasuki tahap pembuatan badan pesawat atau fuselas. Badan pesawat dibuat dari kayu Balsa keras dan dibentuk seperti gambar di bawah ini.

Gambar 7: Badan Pesawat Udara OHLG

Jarak hidung ke LE sebesar chord wing. Panjang fuselas sebesar 5,25 dikalikan chord wing.

Kemudian membuat stabilo dan fin. Stabilo adalah ekor horisontal sedangkan fin adalah ekor tegak. Stabilo dan fin dibuat mengikuti petunjuk di bawah ini.

Gambar 8: Stabilo dan Fin

Bentang sayap stabilo sebesar sepertiga dari bentang sayap wing. Chord stabilo sebesar 75% dari chord wing. Luas fin sebesar sepertiga dari luas stabilo seperti ditunjukkan pada gambar 8 (bagian yang diarsir).

Gambar 9: Gap antara Wing dan Stabilo

Pemasangan stabilo pada badan dengan gap antara wing dan stabilo sekitar 1,5 sampai dengan 2 cm.

Langkah selanjutnya adalah pemasangan penguat pada wing. Tujuan pemasangan penguat ini agar wing tidak rusak ketika dilakukan penerbangan.

Gambar 10: Penguat pada Wing

Pemasangan penguat dilakukan di permukaan bawah wing seperti ditunjukkan pada gambar 10. Arah serat kayu dari penguat sejajar dengan badan pesawat.

Gambar 11: Pemasangan fin pada Ekor Pesawat

Pemasangan fin pada ekor pesawat seperti ditunjukkan pada gambar 11. Tujuan pemasangan ini untuk memudahkan dalam menggerakkan rudder dan elevator.

Untuk mendapatkan kulit terluar pesawat udara yang halus mulus dilakukan pengedopan. Pengedopan menggunakan plastik yang dilarutkan menggunakan pelarut plastik. Biasanya pelarut plastik yang dipergunakan bermerk Herin.

Pengedopan dilakukan seperti melapiskan cat pada kayu dan selanjutnya dilakukan pengamplasan.

Langkah berikutnya menimbang pesawat untuk menentukan letak pusat massa atau center of gravity (c.g). Langkah ini sering disebut dengan Weight and Balance (WAB).

Tujuan WAB untuk mendapatkan letak c.g sejauh 30 % dari TE seperti ditunjukkan pada gambar 12. Pengaturan berat dengan menambahkan timah tipis pada hidung pesawat ini.

Gambar 12: Posisi c.g terhadap TE

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun