Pesawat udara latih Cessna 172 Skyhawk milik sekolah Penerbangan PT Nusa Flying International dikabarkan jatuh di kawasan hutan sekitar Situ Lembang, Jawa Barat, pada hari Rabu (16/11/2011) pagi.
Pesawat naas ini terdiri dari tiga kru yaitu seorang pilot bernama Kapten Pilot Partogi Sianipar, beserta dua muridnya, Agung Febrian dan Muhammad Fikri.
Keberadaan pesawat ini baru ditemukan setelah dilakukan pencarian sekitar 12 hari, ini waktu yang cukup lama. Saat ini pencarian pesawat dilakukan secara konvensional oleh tim SAR dan para sukarelawan.
Penyisiran pesawat ini membutuhkan waktu lama sebab dilakukan dengan berjalan kaki di kawasan pegunungan yang diduga tempat jatuhnya pesawat udara tersebut. Karena lamanya penanganan kemungkinan korban sudah tidak tertolong pada saat bangkai pesawat ditemukan.
Pencarian alternatif dapat menggunakan pesawat tanpa awak sejenis pesawat Aeromodelling yang dikendalikan dengan radio control atau sering disebut Radio Controlled RC Airplanes.
Untuk memperbesar jarak jelajah dari pesawat ini maka pengendaliannya dilakukan dari stasiun di darat atau Ground Control Station (GSC).
Pengendalian pesawat jenis ini ketika take-off dan landing menggunakan remote control, namun ketika menjalankan missinya dia bergerak secara autonomous sehingga jalur yang dilewati dapat ditentukan menggunakan pemrograman komputer.
Pesawat ini dilengkapi dengan kamera digital sehingga hasil penerbangan dapat direkam dan direka-ulang untuk menentukan perkiraan lokasi jatuhnya pesawat yang hilang.
Untuk penyisiran yang pertama pada missi ini pesawat model yang cocok adalah pesawat bermesin piston karena mempunyai daya jelajah sangat tinggi, kecepatannya tinggi, dan endurance-nya dapat diatur berdasarkan jumlah bahan bakar yang dibawa.
Sehingga untuk missi SAR perlu dirancang pesawat model untuk missi penyisiran pertama ini. Yaitu pesawat dengan daya jelajah yang tinggi dengan fuel yang cukup. Kemampuan engine juga harus mendukung.
Setelah pesawat penyisir pertama menjalankan missinya, hasil rekaman dipelajari untuk mendapatkan perkiraan lokasi jatuhnya pesawat.
Setelah diperoleh perkiraan lokasi jatuhnya pesawat kemudian dikirim pesawat penyisir kedua yang mampu melayang (hovering). Pesawat kedua ini dapat melihat lokasi lebih jelas sebab dapat melayang atau diam di udara.
Ketika lokasi jatuhnya pesawat sudah benar-benar ditemukan tahap selanjutnya dikirim tim penyisir dari tim SAR dan para sukarelawan ke tempat jatuhnya pesawat.
Pesawat penyisir pertama menggunakan pesawat sayap tetap (fixed wing). Pesawat jenis kedua dapat menggunakan jenis helikopter atau pesawat bermesin elektrik.
Gambar 1: Pesawat Penyisir Pertama
Pesawat yang cocok sebagai Penyisir Pertama seperti ditunjukkan pada gambar 1 (sumber: http://www.israeli-weapons.com/).
Pesawat yang cocok sebagai Penyisir Kedua seperti ditunjukkan pada gambar 2 (sumber: http://www.forumbebas.com/).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H