Mohon tunggu...
Imam Ardhy
Imam Ardhy Mohon Tunggu... Penulis - Suka politik dan sepakbola

Mencoba mengubah pemikiran menjadi rangkaian kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Al Aqsa: Simbol Pembebasan, Toleransi, dan Benteng Pertahanan Islam

11 Mei 2021   11:00 Diperbarui: 11 Mei 2021   11:12 1231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                                                                                                                             

Sejak masa Khulafaur Rasyidin, Dinasti Umayyah, Dinasti Abbasiyah, sampai Dinasti Islam terakhir Usmani, sejak masa Khalifah Umar Bin Khattab sampai Sultan Abdul Hamid II, Al-Quds adalah tanah milik umat islam yang dibebaskan dan dipertahankan lewat perjuangan keringat dan darah oleh para pejuang islam seperti Panglima Khalid Bin Walid sampai Salahuddin Al-Ayyubi.

Pada masa Khalifah Umar Bin Khattab Al-Quds dan Masjid Al-Aqsa berhasil dibebaskan dari Imperium Romawi lewat kegigihan dari pejuang islam di perang yarmuk yang dipimpin oleh Panglima Khalid Bin Walid. Setelah berhasil mengepung kota suci tersebut, Khalifah Umar datang sendiri untuk menerima kunci Al-Quds dengan berjalan kaki dari Madinah, mengenakan jubah usang dan tanpa penjagaan. Kedatangan Khalifah Umar Bin Khattab ke Al-Quds juga untuk memberikan hak dan jaminan keamanan kepada orang yahudi dan kristen yang akan tinggal di bawah pemerintahan kekhalifahan islam lewat perjanjian umar.

Pada masa Dinasti Abbasiyah, perjuangan pembebasan Al-Quds kembali digaungkan. Hal ini dikarenakan pada perang salib I Al-Quds kembali direbut Romawi. Setelah 88 tahun dikuasai oleh tentara salib, Salahudin Al-Ayyubi muncul sebagai tokoh dalam pembebasan Al-Quds dan Masjid Al-Aqsa ini. Persiapan yang matang dan pembaharuan dalam setiap lini kehidupan islam yang di recovery selama bertahun-tahun lamanya adalah kunci Salahuddin Al-Ayyubi dalam merebut kembali Al Quds dan Masjid Al Aqsa dari tentara salib. 

Menurut Karen Amstrong dalam bukunya The Crusades, saat membebaskan Palestina, Salahudin Al-Ayyubi dan Pasukan Islam tidak melakukan pembunuhan, perampasan harta benda, dan membebaskan banyak dari orang Kristen hal yang berlawanan seperti dilakukan tentara Salib pada perang Salib I.

Di masa Dinasti Usmani, pada masa kepemimpinan Sultan Abdul Hamid II perjuangan mempertahankan Al-Quds juga terus dilakukan. Beberapa kali Sultan Abdul Hamid II menolak tawaran yahudi untuk membeli tanah di Al Quds. Theodore Herzl seorang tokoh zionis bahkan mengiming-imingi Sultan Abdul Hamid II dengan tawaran uang dengan jumlah fantastis. Sultan Abdul Hamid II kembali menolak tawaran tersebut dengan mengatakan, "Tanah itu (Al Quds) adalah hak umat islam. Umat islam telah berjihad demi kepentingan Al Quds mereka telah menyiraminya dengan darah mereka, yahudi dipersilahkan menyimpan harta mereka. Jika suatu saat kekhilafahan turki usmani runtuh, kemungkinan besar mereka akan bisa mengambil Al Quds tanpa membayar harganya."

Berangkat dari hal diatas, Al-Quds adalah simbol pembebasan, simbol toleransi, dan benteng pertahanan umat islam. Meskipun tanah ini ( Al Quds) adalah tanah umat islam, agama lain berhak hidup diatas tanah tersebut serta bebas menjalankan peribadatan sesuai ajaran agamanya masing-masing tanpa adanya kekerasan ataupun penyerangan terhadap tempat peribadahan dari agama-agama yang ada di Al Quds tersebut.

Mengapa Al Quds Penting

Al Quds penting menjadi sangat penting bagi umat islam karena di kota tersebut terdapat Masjid Al-Aqsa. Mengapa masjid ini penting?

Pertama, Masjid Al-Aqsa merupakan kiblat pertama umat islam. Masjid ini merupakan tempat dimana Rasullullah SAW  menjalani peristiwa isra' dan mi'raj dari baitul maqdis menuju ke sidratul muntaha untuk menjemput perintah shalat dari Allah SWT.  Hal ini sesuai dengan QS Al-Baqarah ayat 144,  Allah berfirman : "Sungguh kami (sering) melihat mukamu menegadah ke langit , maka sungguh kami akan kami palingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah wajahmu kearah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada , palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan orang-orang (Yahudi) dan (Nasrani) yang diberi Al-Kitab (Taurat dan Injil) tahu, bahwa (pemindahan kiblat) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan."

Kedua, Masjid Al-Aqsa adalah masjid kedua yang diletakkan Allah di muka bumi setelah Masjidil Haram yang ada di Mekkah. Abu Dzar pernah bertanya, "Wahai Rasulullah, masjid apakah yang pertama diletakkan oleh Allah di muka bumi?" Beliau bersabda "Al Masjid Al Haram". Abu Dzar bertanya lagi , "Kemudian apa?" Al Masjid Al Aqsa. Berkata Abu Muawiyah "Yakni Baitul Maqdis". Abu Dzar bertanya lagi "Berapa lama diantara keduanya?" beliau menjawab "empat puluh tahun".

Maka dari itu Masjid Al-Aqsa adalah monumen sejarah penting yang harus berdiri kokoh serta harus senantiasa dijaga kesuciannya oleh umat islam. Dan hal itu adalah sebuah kewajiban bagi seluruh umat islam mengingat peristiwa isra' mi'raj dan kiblat pertama umat islam seperti yang dijelaskan di atas.

Pentingnya Solidaritas dan Persatuan Umat

Tulisan ini pada akhirnya bertujuan untuk menyegarkan kembali ingatan kita dan membangkitkan lagi kepedulian kita tentang Al Quds umumnya dan Masjid Al-Aqsa khususnya mengingat pemberitaan yang ramai beberapa hari belakangan di media mainstream dimana terjadi penyerangan oleh tentara Israel ke Masjid Al-Aqsa saat jamaah sedang menjalankan ibadah Shalat Tarawih pada Jumat, 7 Mei 2021. Penyerangan itu menyebabkan banyak korban terluka dan tentunya melanggar kebebasan dalam menjalankan peribadahan sesuai ajaran agama yang tercantum dalam Hak Asasi Manusia (HAM).

Solidaritas dan Persatuan adalah kunci dalam menghadapi fenomena yang dihadapi islam hari ini.

Solidaritas untuk sesama muslim dibelahan dunia haruslah digaungkan. Dalam Hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda, "Perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam saling mencintai, saling menyayangi dan mengasihi adalah seperti satu tubuh, bila ada salah satu anggota tubuh sakit , maka anggota tubuh yang lain ikut merasakannya."

Juga pentingnya umat untuk bersatu agar dapat saling menguatkan antar muslim satu dengan muslim lainnya seperti hadis "Dari Abi Musa dari Nabi Saw, beliau bersabda,"Sungguh (sebagian) mukmi kepada (sebagian) mukmin lainnya seperti bangunan, yang menguatkan sebagian dengan sebagian lainnya." Dan beliau menyilangkan jari-jarinya (HR.Bukhari dan Muslim).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun