Mohon tunggu...
Ardhy Asrar
Ardhy Asrar Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Lahir Di Sorowako.Luwu Timur.Sulawesi Selatan. SD-SMP-SMU di YPS Sorowako. Kuliah Di Universitas Muhammadiyah Malang 2004-2009 Now, Staf KPU Provinsi Sulawesi Selatan. Hanyalah insan kecil di hadapan-Nya.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Apa Kabar, Kawan ?

21 Maret 2011   13:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:35 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa kabar, kawan ?

Saya lebih suka memanggil anda dengan ini, kawan. Serasa lebih pas saja. perspektif kekinian yang terekam mata dan attitude kita. Kemarin di tahun-tahun yang lalu saya panggil teman, seiring perjalanan waktu saya baptis anda dengan kawan. Teman mungkin bagi saya sudah expired, masa kejayaannya telah usai, saat masih belasan saja (teenager). Panggilan sahabat bagus juga,  namun kesannya agak terlalu baik bagi saya, sedikit dibayang-bayangi nama besar sahabat-sahabat Rasulullah. Membayangkannya suci sekali kelihatan. Dosisnya tidak memungkinkan bagi saya yang sedikit banyak terlanjur over nakal. Intonasinya juga agak panjang, capek lidah jadinya. Kawan sajalah, terdengar akrab dan mewakili kita semua. Sampai-sampai itu bagus, Shaggydog menjadikannya lirik yahud di salah satu reffnya. . Angkat sekali lagi gelasmu kawan.  Satu dari sekian banyak lirik di muka bumi yang saya beri jempol. Simply and Good Sound, Pas di ujung lidah merdu di kuping. Melampaui jauh lirik melayu yang kian hari kian mendayu-dayu lama-lama menjadi layu, umurnya di tentukan vonis rating TV murahan.

Kawan, kawanku rahimmakumullah, dunia sudah begitu liarnya berubah. Menembus ruang-ruang global, begitu vulgar memaksa untuk terus mengikuti geraknya. Kegelapan tak kenal ampun. Perubahan yang tentu akan banyak menabur efek. Sampai detik ini.  Keras bagi sebagian yang terus memikirkan sampai kepala cenat-cenut, biasa-biasa saja buat mereka yang mungkin belum sampai di part ini. Mau dibawa kemana, biarlah air mengalir sampai jauh atau biarkan hujan yang menghapusnya.  Namun, kawan bukanlah ini. Bukan kawan yang tiba masa tiba akal. Melainkan kawan yang hebat nan cerdas, petarung sejati yang tahan pukul, beda drastis dari manusia pesimis yang gampang menangis persis di sinetron terkini. Muda, beda dan berbahaya, Super Manis Dead memberi label buat kawan. Tanpa kawan sadari kawan sangat berharga. Kawan bukanlah apa kata orang, kawan bukanlah bagaimana yang terpancar dari kawan sendiri. Kawan berharga, bahkan  tanpa prestasi atau prestise kawan tetap berharga. Kalau ada kawan, jadi  hidup dan itu sudah cukup untuk memperjuangkan keberadaan kawan. Jangan merasa rendah diri sebab Tuhan tidak pernah buat produk gagal. Keep running, keep falling, keep fighting, keep loving, keep rockin - Spirit will never die !

Sebelumnya saya kepada kawan, huge thanks !

Satu tahun sudah, rasa-rasanya baru kemarin. Bersama-sama kawan dalam lingkaran kekeluargaan itu. Banyak sudah didapati, dijelajahi dan dihabisi. Kawan banyak mewakafkan ide cemerlang, mensedakahkan inspirasi gemilang, mendonor aspirasi putih sampai  menampilkan aksi yang cantik. Tak pelak mewabah juga mendarah daging di dalam otak yang terlilit body yang kecil ini. Terlampau kecil, namun tetap maksimal dan produktif. Mengkonstruksi manufaktur replika masa depan, menyapu sedikit demi sedikit ruang gelap tiga titik hitam. Kegelapan yang tadi semakin menyelimuti dalam hitamnya yang pekat berangsur berubah warna.

Salam dan salut kepada kawan. Dengan semangat revolusi kawan. Merobohkan martabat pikiran yang sempat sempit juga dangkal, menghancurkan tembok-tembok terbelenggu tradisi sampah. Kosong tak berdaya. Terlalu lama memang kita terjerat di relung pikiran yang itu-itu saja. Bahkan terkesan follower saja. Latahnya keterlaluan sekali. Kawan menggemakan spirit mengexplorasi alam pikiran, membuka cakrawala dan membangunkan semesta pikiran yang lama mati suri. Menjadi manusia yang berdaulat dengan pikiran yang berdaulat pula. Menjelaskan logika tanpa logistik tak harus melulu berujung anarkis. Hajarrr blehh.. Belajar terus dan terus belajar sampai Insya Allah mati, mengeyahkan sisi usia yang kerap menjelma jadi monster keengganan untuk memulai. Yang banyak mengkerdilkan ide, vakum berkepanjangan. Semoga esok semesta pikiran dapat bernapas lega, lepas dari bayang-bayang kelam masa lalu dan karat peradaban. Melepasbebaskan simbol-simbol terkhultus yang bukan pada tempatnya untuk disakralkan. Bagi kawan jenggot itu aksesoris. Whatever, kawan mau mendebatkannya seperti apa. Tapi bagi saya itu memang. Welcome, bilamana berargumen dari situ dapat mencium aroma kesurgaan. Terserah juga, kalau mau bilang di balik itu ada semangat kungfu panda. Satu lagi, oke-oke saja bilamana ternyata dalam Fatigon itu ada semangat Tarzan X, silahkan buktikan sendiri dengan DVD tutorial bercinta berinisial bokep, adegannya Full Talk Less Do More. Whatever. Akan ada banyak kontroversi yang berujung bingung seribu bingung. Namun, bingung kita kali ini bagian dari strategi proses pencarian menuju kebenaran yang rasional. Mari tukar menukar pikiran, mencari apa yang di cari. Apa kabar, kawan ?

Salam dan saloom kepada kawan. Atas nama cinta dan kemanusiaan. In the name of Love bin Nas. Masihkan mempersatukan diri dengan Buku – Rokok – tempE - Kopi? Saya sematkan filosofi nyleneh persis yang terekam oleh saya. Buku yang layaknya secangkir kopi. Makin lama di sruput makin mantap, terus dan terus sampai buat candu. First from iqra’, bias pancaran ilmu menyempurna mengantar ke seluruh penjuru kehidupan. Kehidupan yang musti dimaknai sedemikian harus serta dibumikan saban waktu. Buku kawan sejatinya menggeliat, selamat tinggal gelisah. Sangat-sangat berbeda di antara banyak manusia yang berkeluh kesah akan kebisuan yang menipu diri tanpa tahu apa-apa.  Maka tak heran hidup bagi kawan sungguh teramat cantik, anggunnya seperti untaian syahdu jutaan hiperbola kata-kata. Memandu tamasya ilmu menembus sekat waktu, kawan masih ingat pernah berjumpa Ahmad Wahib? sesekali juga kawan berdiskusi dengan Roland Barthes, Ngejam bareng The Beatles tengah malam itu di Abbey Road, juga jangan lupa pernah duduk manis dengar Rasulullah berceramah soal cinta di Madinah? Still remember? Selamat tinggal kata bosan jiwa yang mengembara. Perjalanan hidup yang elok, bak asap suci putih rokok yang masuk dulu mengitari rel saraf pernapasan, bertawaf di rongga dada sebelum senyum mengantarnya di ujung bibir terbang melanglangbuana persis angsa putih memburu angin, menembus nirwana. Go Ahead ! Kawan, yang memilih out dari berbagai sistem dan aturan-aturan yang rumit membelit-belit. Bagi kawan itu cuma huruf dan huruf, bersatu membentuk kegelapan dan kelam lalu dianggap dogma di banyak masyarakat kini. Sekali kopi hitam tetap hitam. Teriak kawan, Shout for Freewill !! Birokrasi, konspirasi, kolusi dan manipulasi yang makin hari makin nusuk hati. Tak ayal seorang kawan profesor pun geram, menyimpan sejuta badai dendam. Meracik sesuatu yang tak lazim, men-toast mentah-mentah kopi beraroma beer. Bukan caranya untuk mengakhiri hidup, mungkin lebih sebagai wujud menertawakan kelucuan hidup yang tidak membuat kawan tertawa. Wallahu a’lam. Dalam banyak ketaklazimannya, spirit untuk tetap ideal masih mendominasi kawan, tumbuh terus memanjang seperti kuncir yang bebas terurai. Arrggghhh.. kawan, tolong nyanyikan lagu kebangsaaanmu, kunci semua senar gitar itu dengan jarimu yang jempol semua. Biar fals yang penting keras. Banyak keadilan yang begitu rumit. Indonesia sekali. Kawan, Bongkar. Menyederhanakan yang seharusnya. Sesederhana tempe yang sampai hari ini tetap eksis dan sexy. Sederhananya mengandung banyak makna kaya gizi. Kuat dan sehat. Apa kabar, kawan ?

Salam dan santai kepada kawan. Sebelumnya, mari bersulang kepada kawan, mahkluk petempur dengan adrenaline tinggi. Cheers..! Bersatu dalam damai, di atas banyak sajadah perbedaan. Tak kenal maka tak sayang, sudah kenal tak gendong kemana-mana. Berhenti sejenak, menikmati keindahan yang harus ternikmati. Di atas keindahan, di tengah kenikmatan, di kanan kiri kesenangan, di bawah kita keenakan menikmati sepuasnya. Disini perbedaan terkapar akan fitrah kebersamaan kita kawan. Terlalu banyak wajah-wajah kalah, kemunafikan, dan kawan muak akan semua ini. Memuntahkan segenap isi dada sumpek, melampiaskan berontak pada sistem yang congkak, keadilan buta tuli, kekuasaan yang teramat amat sangat brengsek. Di luar sana orang-orang saling belit membelit membentuk birokrasi, berebut kelamin, saling memiskinkan demi untuk ego mereka seutuhnya. Di luar sana orang-orang dengan bangganya menampilkan aksi perikebinatangannya masing-masing demi untuk saling berebut benar, mencari muka di hadapan Tuhan. Palsu, killing in the name of. Naudzubillah! Assuuu tenanan! Sungguh saya masih dendam betul dengan yang namanya Assuuu. Begitu banyak kehidupan berbasa-basi, Persetan dengan semua ini. Ingin rasanya menabrak keras kencang muka tembok mereka dengan Vespa made in Italy, sembari berdendang ‘hello shenorita, mammamia Signora, Ancuurko sundala’. Biar tahu biar rasa. Atau suatu waktu nanti mengajak mereka tadabbur alam, naik-naik ke puncak gunung tinggi-tinggi sekali. Biar rasakan tulang belulang mereka keropos, sungguh vanderman itu bukanlah bukit, replika Mahameru yang lain demikian adanya. Biar ampun mereka kepanasan, bolong semua di tengah siang bolong. Dan kita menari melompat berputar-putar penuh riang menertawakan keculunan mereka, seperti Naruto atau superhero lainnya di dunia komik saat meng-KO kan lawannya. Ketika setan berteman, kita adalah kawan. Sungguh alangkah wahai sungguh asyiknya seandainya hari ini bersama kawan terkepung kepulan asap marijuana, Bakss lageeee.. Hijau campur hitam. Sesekali menghentak reggae lawas Bob Marley, Redemption song yang menyeruak  semangat criticize kawan. Lebih seru juga jikalau Lamb Of God dengan musik metal yang tak bertajwid dan lirik yang tak berpancasila  itu men-crash and burn seisi kepala, melambung jauh di awang-awang mengetok tik tok pintu neraka. Now You’ve got something to die for.. Mari berontak kawan, teriak dari puncak diam. Melepaskan diri dari busuknya comberan kehidupan yang mampet penuh sampah omong kosong. Oiyah, kawan suka film? Rebel? sesekali mampirlah, kita nonton bersama juga mimpi bersama. Memimpikan tercebur masuk ke dalam film menjadi bagian dari scene, melihat dengan mata kepala sendiri dalam V For Vendetta bahwa pemberontakan yang anggun nan membekas adalah yang terbuat dari nyali pengetahuan dan nalar seni. Mimpi pemberontakan yang cantik nan Sempurna. Hollywood sekali ending-nya. Bangun, bangun kawan.. angkat gelasmu, sekali lagi satu kali lagi, kawan. Sampai habis sudah itu kita berwudhu bertasbih, mumpung disana Tuhan masih tetap setia mencinta dengan senyum Arrahman dan Arrahim-Nya. Semoga selalu, kita adalah kawanan Nas yang stabil di titik salehnya terus total sepenuhnya berpasrah kepada Tuhan di pelataran-Nya yang agung. Kawan adalah malaikat kawan, kawan adalah setan kawan, dan pada semesta kawan tak takut berkata kawan adalah milik semua. Mahasuci Tuhan yang telah merahmati kawan semua. Mahasuci Tuhan, tak rugi bersama  manusia-manusia seperti kawan. Apa kabar, kawan ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun