Mohon tunggu...
Ar Dhisa
Ar Dhisa Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

I'am a boy...\r\nyes... boy, notyet a man..\r\nbut, don't call me "boy", coz it's not my name.\r\nhahahah... :-D\r\n\r\nsaya ga' suka baca, apalagi nulis.. sukanya makan mie ayam di warungnya Pak Kumis.\r\nTidak punya catatan kriminal, paling cuma beberapa surat tilang karena ga' sengaja nglanggar overboden.\r\n-Anda merasa foto saya kebalik? bukaan.. sebenarnya, andalah yg kebalik..-

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Dokter Kusmanto dan Keluarga (I), Kota Tua Jakarta

26 Mei 2013   09:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:01 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13 Mei 2013, Jakarta

Hari Kedua di Jakarta saya diajak dokter Kusmanto beserta keluarga ( Bu Siti, Raihan, dan Abram) main  ke Kota tua. Ini merupakan kali pertama saya berkunjung ke kota tua. Kalau sekedar lewat sih dulu pernah, tapi tak sempat mampir.

Dari Lumire saya sudah bawa perlengkapan beras, kompor, seikat pete, kelapa, tikar, tapi bo’ong. Orang udik yang kaya’ gitu hanya akan anda saksikan di sinetron saja. Orang udik yang ini canggih, bawanya HP nokia, karena BB sudah terlalu mainstream.

Singkat kata, setelah seperti biasa menikmati sajian macet Jakarta, pukul 4 sore sampailah kami di Kota Tua.  Kesan pertama yang saya dapat dari Kota Tua adalah klasik, rame, dan sedikit bau got. Yah, walau bau got tapi tetep klasik, walau klasik tapi tetep rame. Padahal, image saya tentang kota tua sebelum kesana itu klasik dan sepi loh.. Soalnya sering lihat foto-foto kota tua untuk prewed. Kesannya ya dua sejoli yang lagi bahagia itu doang yang ada di sana. Hahahah...

[caption id="attachment_263512" align="alignnone" width="772" caption="Jakarta Old City- Difoto memakai HP Nokia. Seandainya saluran airnya lebih bersih dan tak bau pasti lebih bagus. Pak Jokowi-Ahok, saya tunggu gebrakan anda..."][/caption] Kota tua Jakarta menurut info yang saya baca di Wikipedia memiliki luas 1,3 kilometer persegi melintasi Jakarta Utara dan Jakarta Barat (Pinangsia, Taman Sari dan Roa Malaka).

Dijuluki "Permata Asia" dan "Ratu dari Timur" pada abad ke-16 oleh pelayar Eropa, Jakarta Lama dianggap sebagai pusat perdagangan untuk benua Asia karena lokasinya yang strategis dan sumber daya melimpah.

Tahun 1635, kota ini meluas hingga tepi barat Sungai Ciliwung, di reruntuhan bekas Jayakarta. Kota ini dirancang dengan gaya Belanda Eropa lengkap dengan benteng (Kasteel Batavia), dinding kota, dan kanal. Kota ini diatur dalam beberapa blok yang dipisahkan oleh kanal [1]. Kota Batavia selesai dibangun tahun 1650. Batavia kemudian menjadi kantor pusat VOC di Hindia Timur. Kanal-kanal diisi karena munculnya wabah tropis di dalam dinding kota karena sanitasi buruk. Kota ini mulai meluas ke selatan setelah epidemi tahun 1835 dan 1870 mendorong banyak orang keluar dari kota sempit itu menuju wilayah Weltevreden (sekarang daerah di sekitar Lapangan Merdeka). Batavia kemudian menjadi pusat administratif Hindia Timur Belanda. Tahun 1942, selama pendudukan Jepang, Batavia berganti nama menjadi Jakarta dan masih berperan sebagai ibu kota Indonesia sampai sekarang. Tahun 1972 Gubernur Jakarta Ali Sadikin, mengeluarkan dekrit yang resmi menjadikan Kota Tua sebagai situs warisan untuk melindungi sejarah arsitektur kota.

Kalau menurut denah yang saya baca dari situs www.kotatuajakarta.org sih kaya’nya banyak destinasi museum gitu. Tapi kami jalan-jalan seputar lapangan saja depan museum Fatahillah. Tempatnya luas dan bakgroundnya bagus buat jepret – jepret.

[caption id="attachment_263513" align="alignnone" width="389" caption="Denah Kota Tua. sumber : www.kotatuajakarta.org"]

13694876231748388169
13694876231748388169
[/caption] [caption id="attachment_263519" align="alignnone" width="719" caption="Ini difoto pake hp Nokia juga"]
1369489317915606727
1369489317915606727
[/caption] [caption id="attachment_263521" align="alignnone" width="744" caption="Masih pake HP Nokia.... :-P"]
13694896381745421314
13694896381745421314
[/caption] [caption id="attachment_263528" align="alignnone" width="515" caption="Dokter Kusmanto beserta keluarga"]
13694907561644667972
13694907561644667972
[/caption] [caption id="attachment_263525" align="alignnone" width="594" caption="Dokter Kusmanto in Action, bersenjatakan Sonny-A900"]
136949040277488486
136949040277488486
[/caption] [caption id="attachment_263529" align="alignnone" width="553" caption="Bond, James Bond"]
13694913431713550627
13694913431713550627
[/caption]

Sebelum maghrib kami pulang. Dan lagi-lagi seperti biasa, kami disuguhi agenda rutin khas Jakarta. Macet.

136948998455092874
136948998455092874

*nb : Amin, hari ini saya tak lupa bungkusin makan malam buwat kamu; Ketoprak.

13694901991103603472
13694901991103603472

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun