Mohon tunggu...
Ardhianto
Ardhianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Maha = amat/paling Siswa = Orang yang berguru/belajar Mahasiswa = Orang yang paling banyak berguru

Selanjutnya

Tutup

Money

Kapan Indonesia Lepas dari Resesi?

29 Juli 2021   10:31 Diperbarui: 29 Juli 2021   10:45 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi resesi. Foto: shutterstock.com

Lebih dari setahun lalu, tepatnya 2 Maret 2020, presiden Joko Widodo mengumumkan kasus pertama adanya warga Indonesia yang terkonfirmasi positif Covid-19.

Berbagai prediksi mengenai ekonomi nasional bermunculan sejak awal pandemi. Warwick McKibbin dan Roshen Fernando, dua orang ekonom Australian National University memprediksi kekacauan ekonomi akibat pandemi dalam risetnya yang bertajuk "The Global Macroeconomic Impacts of Covid-19".

Mereka sepakat bahwa dampak ekonomi Covid-19 lebih besar jika dibandingkan dengan Flu Spanyol (1918-1919) yang menjadi pandemi paling mematikan sepanjang sejarah dengan menelan 40 juta korban jiwa.

Dampak ekonomi yang disebabkan Covid-19 diperkirakan bisa mencapai US$ 2,4 triliun atau sekitar Rp 39.304 triliun. Angka ini jauh lebih besar dibanding dampak ekonomi yang disebabkan penyakit pernapasan akut SARS yang pada 2003 memangkas ekonomi dunia sebesar US$ 40 miliar atau Rp 656,72 triliun.

McKibbin dan Fernando membuat tujuh skenario ekonomi berdasarkan tingkat sebaran virus corona, kasus, dan juga jumlah korban tewas.
Skenario 1-3: jika corona hanya terjadi di Cina dan hanya sementara.
Skenario 4-6: corona menyebar ke seluruh dunia dan hanya sementara.
Skenario 7: corona menyebar ke seluruh dunia dan wabah ringan akan berulang pada tahun-tahun berikutnya.

Dua ekonom ini membuat prediksi berdasarkan lima faktor, yakni suplai tenaga kerja, equity risk premium (ERP), biaya produksi, permintaan konsumsi, dan belanja pemerintah.

Berdasarkan skenario dan lima faktor yang menyertainya, maka pertumbuhan ekonomi (PDB) Indonesia pada 2020 akan terkoreksi 1,3 persen pada skenario empat; 2,8 persen pada skenario lima; 4,7 persen pada skenario enam; dan 1,3 persen pada skenario tujuh. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2020, PDB Indonesia diperkirakan sebesar 5,3 persen. Jika skenario 4 terjadi PDB Indonesia akan terkoreksi ke 4 persen.

Namun, belum genap 10 bulan dari kasus Covid-19 pertama. Pada awal November, Indonesia secara resmi mengalami resesi ekonomi setelah PDB Indonesia minus dua kuartal berturut-turut (Q2 & Q3).

Pada kuartal ketiga, PDB Indonesia minus 3,49 persen, setelah sebelumnya minus 5,32 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya (year on year/yoy).

Menutup tahun 2020, Indonesia masih mengalami resesi. Meskipun tidak mengalami koreksi sedalam kuartal sebelumnya. Pada kuartal keempat (Q4/2020) PDB Indonesia secara kumulatif terkontraksi 2,07 persen yoy. Angka ini tidak separahah kuartal kedua dan ketiga yang masing-masing -5,32 persen dan -3,49 persen.

Memasuki kuartal pertama 2021, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan (PDB) RI di kuartal I  2021 minus 0,74 persen (yoy). Dengan ini, Indonesia mengalami resesi sebanyak empat kuartal berturut-turut.

Tapi, kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan pertumbuhan kuartal I/2021 menunjukkan perbaikan yang signifikan. Masih ada harapan Indonesia lepas dari masa resesi selama empat kuartal.

"Ini menunjukkan bahwa tanda-tanda perbaikan ekonomi semakin nyata," tegas Suhariyanto dilansir dari bisnis.com, Rabu (5/5/2021).

Meski terus mengalami perbaikan secara perlahan. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal II tahun 2021 yang diprediksi akan menyentuh 8% terlihat sulit dicapai.

Hal ini tak lepas dari penyebaran Covid-19 di Indonesia yang kembali mengganas sejak pekan lalu. Bahkan, kasus positif pada Senin (21/6/2021) mencapai 14.536 kasus baru dalam sehari. Ini merupakan angka terkonfirmasi positif tertinggi sejak awal pandemi Covid-19 di Indonesia. Dengan penambahan ini, maka kasus Corona di Indonesia telah mencapai total 2.004.445 kasus (per 22 Juni 2021).

Menteri Keuangan, Sri Mulyani juga menyampaikan anggapan yang tidak seoptimis sebelum terjadinya lonjakan kasus.

"Bulan lalu proyeksi pada kuartal II adalah 7,1-8,3% dan seiring covid maka proyeksi lebih ke rentang batas bawah atau lebih rendah," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN Kita secara daring, dikutip dari CNBC Indonesia (22/6/2021).

Meski ia menilai dampaknya tidak akan sedalam seperti yang terjadi saat awal pandemi. Namun, target perekonomi

Ekonoman Indonesia pada tahun ini akan sulit tercapai jika ledakan Covid-19 terus terjadi.

Wisnu memproyeksikan, perekonomian sepanjang tahun 2021 hanya hanya akan mencapai kisaran 3,4%.

Hingga saat ini, kami belum merevisi estimasi pertumbuhan ekonomi tahun 2021, yang sejak awal berada pada level 3,4%," jelas Wisnu dikutip dari CNBC Indonesia (22/6/2021).

Berbeda dengan Wisnu, Senior Economist Standard Chartered Aldian Taloputra justru melihat jika Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berbasis Mikro (PPKM Mikro) total dilakukan maka dampak negatif ke pemulihan ekonomi bisa diminimalisir.

Aldian beranggapan, protokol kesehatan dan program vaksinasi sudah cukup kondusif. Tidak seperti saat awal pandemi ketika semua negara melakukan pengetatan secara bersamaan.

Aldian memproyeksikan target pertumbuhan ekonomi pemerintah untuk keseluruhan tahun 2021 sebesar 4,5% bisa tercapai bergantung pada perkembangan Covid-19.

"Kita masih melihat pertumbuhan ekonomi pada kisaran 4,5%, tapi tentunya akan tergantung dengan perkembangan virusnya," tegasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun