Mohon tunggu...
Ardhianto Aard
Ardhianto Aard Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

IBU, Malaikat tak Bersayap

20 Mei 2015   22:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:46 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

........*

“Bangun! Bangun !” begitu suara yang kudengar dikala di bangunkan dipagi hari, ku membuka mata dengan pandangan buram melihat sesosok wanita dengan ekspresi menyeringai dan ternyata itu Ibu saya sendiri,dan berkata, “Sudah jam berapa ini?! Bangun oiiii!”

“Lima menit lagi, Ma……” Jawabku

“Sekarang sudah hampir jam 8, dan belum bangun-bangun juga?! Jam 8 ada kuliah !Bangun..”

“Yaaah maaa Telat lagiiiiiiiiiii, kenapa gak di bangunkan sedari tadi ?!”

“Dari jam 6 udah di bangunin, tapi gak bangun-bangun. Mama kira kau sudah mati tadi”

-(itulah kebiasaan ibuku karna aku sering telat bangun pagi)

Dengan keadaan lesu saya berlari menjauh dari tempat tidur menuju menuju kamar mandi segera siap-siap ke kampus. (Ya begitulah kehidupanku sehari-hari selama bertahun-tahun. Perkenalkan namaku Ardhi, terlahir sebagai anak tunggal satu-satunya. Sejak kecil hingga sekarang ku di besarkan di tangan seorang Ibu saja. Seorang wanita yang sangat kuat dan tangguh merawat dan membesarkan ku seorang diri tanpa sesosok ayah yang menemani, Kata ibuku sebelum saya dilahirkan Ayah ku merantau ke negeri orang dan tidak pulang-pulang hingga sekarang anaknya berumur 18tahun. Begitulah Ibuku, terkenal akan sikap Cerewetnya dan Bahkan sangat Cerewettapi sikap mengasihaninya sangat tinggi.

Dengan tergesa-gesa kupacu kendaraanku menuju kampus, kukejar waktu demi mengikuti mata kuliah yang hari ini di ajarkan. Sesampainya di parkiran, kuparkir kendaraanku dengan terburu-terburu. Aku berlari menuju ruang perkuliahan, betapa terkejutnya aku ketika sampai di depan pintu, ternyata perkuliahan sedang berlansung.

“Tok..tok..” ku ketuk pintu secara perlahan sembari meminta izin kepada dosen untuk mengikuti perkuliahan.

“Terlambat lagi?!”Jawab dosenku dengan ekspresi wajah yang marah.

“Tunggu di ruanganku, ada yang ingin saya bicarakan !!” sambung dosen.

Kemudian aku berjalan menuju ruangan dosen dengan perasaan yang campur aduk. Tak lama kemudian dosen menghampiriku dan memberitahukan beberapa hal yang membuatku sangat terkejut.

“Hari ini telat lagi ?! Kapan kamu mau berubah ? Kalau kamu seperti ini terus kamu tidak akan lulus mata kuliahku !”

“Minta maaf pak, saya tidak akan mengulangi perbuatanku” Sambil bergetar badanku ku jawab pertanyaannya.

“Bawa surat panggilan ini kepada Orang tuamu, saya ingin bertemu secepatnya dengannya” perintah dosenku sembari mempersilahkan ku meninggalkan ruangannya.

Kuambil surat itu kemudian saya meninggalkan ruangan dosen dengan perasaan kacau, kemudian saya langung pulang kerumah. Dengan pikiran yang sangat kacau kupacu kendaraanku secepat mungkin dan DWAAARR !! …. Tabrakan tak terhindarkan, kulihat surat itu melayang didepan mataku dan kemudian pandangan ku tertutupi darah yang mengalir dimataku dan mulai kehilangan kesadaran.

….**

Ku terbangun dalam keadaan sangat lemah,kubuka mata ini dan melihat Ibuku menangis tersedu-seduh dalam Doanya. Melihatnya seperti itu, membuatku merasa sangat menyesal karna yang selama ini kuperbuat tidak sesuai yang diharapkan oleh Ibuku. Dihari-hari sakitku, Ibuku merawatku dengan penuh kasih sayang, tanpa letih selalu menjaga dan merawatku. Hal itu membuatku itu membuatku semakin menyadari bahwa Ibuku adalah sosok Malaikat tanpa sayap yang dikirim oleh tuhan kedunia ini untuk melindungi dan membimbingku menjadi orang yang lebih baik.

“Terima kasih ibu kau telah menemaniku, menjagaku dan menjadi sahabat selama 18tahun ini, Kasih sayangmu tak akan pernah mampu terbayarkan dengan apapun, hanya menyayangimu dan membahagiakanmu hal kecil yang bisa kulakukan untukmu ibu. Terima kasih Ibu.."

-TAMAT-

........

Created By : Ardianto.-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun