Mohon tunggu...
Ardi
Ardi Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru Swasta Mengabdi 12 Tahun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kiat Mempersiapkan Biaya Pendidikan Anak

19 Juni 2023   00:29 Diperbarui: 19 Juni 2023   01:32 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: Pixabay

Sebagai orang tua, sudah tentu kita akan memikirkan biaya pendidikan anak. Walaupun nantinya anak masuk ke sekolah Negeri yang biayanya terjangkau, bahkan gratis, tidak mungkin tidak ada biaya lainnya. Contoh paling kecilnya, memberikan uang saku anak untuk sekolah. Selebihnya sudah pasti banyak. Jika dirinci, bisa jadi memusingkan.

Mengapa saya katakan demikian? Karena untuk keperluan sekolah anak, bukan hanya uang SPP saja yang perlu disiapkan. Melainkan peralatan sekolahnya juga, seperti; tas, buku tulis, pensil, hingga sepatu dan kaos kakinya perlu dipersiapkan. Saya sendiri sempat berfikir untuk tidak menyekolahkan anak, jika memang saya tidak mampu menyekolahkannya.

Hal itu terfikir oleh saya karena kondisi keuangan kami yang belum stabil. Ya, selanjutnya --rencana saya- akan mengajari sendiri anak saya di rumah. Karena profesi saya seorang guru, jadi saya bisa menentukan silabus sendiri sambil mencocokkan dengan silabus pemerintah. Itu perkara yang mudah. Anda cukup mengetikkan saja di mesin pencari pada jaringan internet: silabus kelas (berapa), maka akan muncul banyak pilihan.

Lalu muncul pertanyaan, bagaimana dengan ijazahnya? Tidak mungkin kita bisa mengeluarkan ijazah sendiri tanpa sekolah. Ini menurut saya, ya, menurut keyakinan yang saya anut. Bahwa rejeki dan jalan hidup seseorang itu bukanlah tergantung pada sebuah ijazah, melainkan semua itu sudah ada yang mengaturnya, yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

Baiklah, saya lanjutkan. Alhamdulillah kami mempunyai usaha kecil-kecilan. Membuka warung jajanan anak-anak di depan rumah. Tentu berbeda, ya, penghasilannya dengan pegawai yang setiap bulannya langsung dapat "segepok dua gepok" yang bisa saja saat awal bulan dapat langsung membayar biaya pendidikan anak. Kami belum tentu. Karena penghasilan hari ini dan esok, bisa saja dijadikan modal untuk belanja kembali.

Sebenarnya anak kami 2 tahun lagi baru masuk sekolah TK. Tapi sudah terfikir oleh saya biaya pendidikan anak walaupun belum dijalani. Yah, begitulah jadi orang tua, dan begitulah orang tua kita dulu memperjuangkan kita. Bagi Anda yang belum menjadi orang tua, kelak akan mengalaminya juga.  

Kami sudah menentukan akan masuk ke sekolah mana anak kami nanti. Menurut saya, ini juga sudah harus difikirkan agar kelak orang tua tidak plin-plan mengarahkan anaknya dengan keadaan biaya yang telah dipersiapkan.

Jika kita mampu, maka pilihlah sekolah dengan sarana dan prasarana yang lengkap, agar kegiatan belajar yang ia dapatkan maksimal. Tapi disini kami tidak memilih sekolah yang high class dengan pertimbangan keadaan ekonomi kami tadi.  

Selanjutnya mengkalkulasikan biaya yang akan dipergunakan. Saya berikan gambaran biaya calon sekolah TK anak saya. Ini saya lihat dari brosur PPDB sekolah tersebut. Uang masuk sebesar Rp1.500.000, spp perbulan sebesar Rp120.000, uang pendaftaran Rp50.000, total Rp1.670.000,- sudah termasuk uang buku dan seragam.

Tentu bukan itu saja. Kami juga menghitung harga tas, sepatu dan peralatan tulisnya. Dimana harga-harga barang tersebut juga hanya perkiraan saja, karena bisa jadi dalam kurun 2 tahun kedepan mengalami kenaikan harga. Akhirnya kami genapkan pada angka Rp2.500.000,-

Lantas jumlah itu pun kami bagi 24, karena persiapan untuk 2 tahun yang akan datang. Hasilnya Rp104.167,- perbulan yang harus disisihkan. Sepertinya itu masih terlalu besar (bagi kami), maka jumlah tersebut kami bagi 30 lagi. Hasilnya Rp3.472,- perhari yang harus kami sisihkan untuk biaya pendidikan anak.

Dan Bismillah, sejauh ini sudah beberapa bulan berjalan belum ada kendala. Semoga Tuhan memudahkan urusan kami. Agaknya kiat ini bisa berguna bagi Anda yang tengah risau mempersiapkan biaya pendidikan anak. Itu hanyalah 'kali-kali' sederhana saya saja. Tentu kondisi masing-masing orang berbeda. Misalnya jumlah anak yang sudah sekolah lebih dari satu, atau hal lainnya.

Semoga bermanfaat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun