Mohon tunggu...
Ardi
Ardi Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru Swasta Mengabdi 12 Tahun

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Dari Mana Harus Memulai Menulis Artikel?

2 Januari 2023   16:55 Diperbarui: 2 Januari 2023   16:58 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Artikel yang baik adalah sajian baca yang mampu menimbulkan interaksi kepada pembaca. Bukan hanya jenis penulisan fiksi saja yang penulisnya dituntut untuk memainkan emosi pembaca, tapi juga pada jenis tulisan non fiksi.

Fiksi atau cerita rekaan seperti novel, roman, cerpen, dan lain sebagainya. Sementara non fiksi adalah kebalikannya, seperti esai, artikel, jurnal, berita dan sebagainya.

Mengapa orang betah berjam-jam menuntaskan membaca novel yang jumlah halamannya hingga ratusan? Dan mengapa pula kebanyakan orang enggan membaca jenis bacaan non fiksi itu hingga selesai?

Karena dalam cerita fiksi, katakanlah novel, penulis memainkan emosi pembaca. Hal inilah yang memikat pembaca, sekaligus menjadi daya tariknya. Emosi bukan hanya marah, menurut KBBI, emosi adalah luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat. Nah, luapan perasaan itu banyak, seperti senang, sedih, kesal, kawatir, cemburu, penasaran, dan lain-lain. Banyak perasaan dimunculkan dalam karya fiksi. Itu sebabnya fiksi lebih banyak diminati.

Katakanlah seorang yang membaca sebuah berita. Walau tidak menjeneralisir, tapi kebanyakan orang membaca berita, lihat judulnya kemudian langsung pada intinya. Kalau ia membacanya melalui smart phone, mungkin dengan cepat ia akan scroll ke bagian inti. Bahkan sebagian orang membaca berita hanya pada judulnya saja. Baginya sudah cukup.

Maka, jika Anda akan membuat sebuah artikel misalnya, Anda juga harus pandai memainkan perasaan pembaca. Agar tulisan Anda dibaca dari awal hingga akhir. Jika kalimat pembukanya saja sudah berkesan jenuh, alamat judul sajalah yang akan dibaca oleh pembaca. Lantas bagaimana agar kalimat pembuka dalam tulisan itu dapat mengikat pembaca? Simak beberapa hal berikut;

Pertama, jangan menulis ulang judul. Hal itu termasuk membosankan, dan kemungkinan besar tidak akan dibaca. Ingat bahwa orang yang mencari berita atau informasi dari suatu artikel adalah mereka yang tidak mau bertele-tele. Mereka ingin cepat tahu poin-poin pentingnya saja dari pembahasan yang disajikan dalam artikel tersebut.

Kedua, beri data statistik. Anda juga harus mencantumkan sumber data tersebut agar informasi yang Anda berikan itu valid. Bukan karangan Anda. Sumber yang akurat juga dapat berupa foto. Misalkan Anda akan membuat artikel tentang liburan, Anda dapat membubuhkan foto lokasi yang baru saja Anda rekam. Ini salah satu yang menarik pembaca sekaligus dapat mengikat pembaca saat ia mulai membaca. Data yang akurat sangat membantu pembaca.

Ketiga, tulis kalimat yang pendek. Jangan berpanjang lebar dulu saat Anda masih menulis pembuka artikel Anda. Tulislah poin yang akan Anda ulas. Misalkan kalimat pembuka yang Anda pakai adalah data analisis. Maka cukup Anda tulis data pokoknya beserta sumbernya. Selanjutnya baru Anda paparkan isi data tersebut, atau apa hal yang terjadi pada data tersebut.

Keempat, menggunakan kata ganti. Misal kata ganti orang kedua, "kamu" atau "anda". Hal ini bertujuan untuk mengikat interaksi kepada pembaca. Jadi seolah-olah Anda mengajak pembaca untuk ngobrol dan berbincang bersama Anda. Namun perlu diperhatikan juga, jangan terlalu banyak menuliskan kata gantinya, karena dapat memicu kebosanan pembaca.

Kelima, melemparkan pertanyaan. Misalkan judul artikel yang Anda buat "Menjadi Guru yang Inovatif", maka pada kalimat pembuka, Anda dapat menulis "sudah inovatifkah Anda dalam mengajar?" Hal ini bisa memicu rasa penasaran pembaca untuk menguak isi artikel Anda. Rasa ingin tahu akan komponen apa saja yang ada pada seorang guru inovatif.

Terakhir, menggunakan gaya tulisan storytelling. Apa itu storytelling? Jadi begini, misalkan Anda sedang bercerita kepada teman Anda. Lalu Anda membuka pembicaraan dengan menceritakan kembali apa yang telah terjadi, baik itu terjadi pada Anda sendiri maupun terjadi pada orang lain. Kebanyakan orang lebih suka membaca cerita. Jadi pembaca itu merasa Anda sedang menceritakan suatu kejadian padanya secara tatap muka.

 Semoga bermanfaat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun