Beberapa sumber bacaan yang saya sambangi secara daring menyebut bahwa metode ceramah disebut juga metode konvensional, artinya cara mengajar yang kuno. Benarkah mengajar dengan metode ceramah sudah tidak cocok lagi diterapkan pada anak didik? Lantas apa saja metode mengajar yang relate terhadap karakter anak didik sekarang ini?
Beberapa alasan mengapa dikatakan metode ceramah tidak lagi relevan digunakan, diantaranya; rentan membuat siswa pasif, memicu kebosanan, mengantuk, terkesan siswa dipaksa untuk mendengar, dan bagi sebagian siswa yang cara belajarnya visual akan mengalami kesulitan dalam menerima pengetahuan yang disampaikan.
Tapi, menurut saya metode ceramah ini masih relevan, kok. Hanya saja untuk beberapa materi pelajaran. Misal pelajaran agama, yang membutuhkan pemahaman. Beberapa istilah asing yang sudah memasyarakat perlu juga dijabarkan pengertiannya, darimana asalnya, dan tujuan penggunaannya agar tidak salah kaprah.
Dan yang perlu diperhatikan juga jika Anda membawakan metode ceramah ini, jangan lama-lama. Anda bisa mengolaborasikannya dengan beberapa metode lainnya agar tidak sampai timbul kebosanan pada anak didik. Lalu apa saja metode pengajaran lainnya yang dapat Anda kombinasikan?
Setelah beberapa menit Anda menjabarkan materi, Anda dapat melempar sebuah kasus terkait materi tersebut. Mereka akan memecahkan kasus itu secara berkelompok. Hal ini akan memancing daya nalar mereka. Dan Anda dapat memetakan kemampuan mereka, apakah mereka sudah paham atau belum? Misalkan pelajaran matematika, Anda dapat mengambil contoh kasus langsung yang sering terjadi di masyarakat.
Pelajaran lain seperti pelajaran bahasa asing misalnya. Anda dapat memberikan satu kata atau satu kalimat kepada masing-masing kelompok. Lalu memberikan mereka waktu beberapa menit untuk menyusun sebuah cerita terkait materi yang dilemparkan. Dalam proses ini akan terjadi penambahan kosa kata, kaidah penyusunan kalimat, dan pengucapan kata yang sesuai seperti yang diucapkan pemilik bahasa.
DemonstrasiÂ
Metode ini kerap dilakukan di ruang praktek, seperti laboratorium. Objek benda yang akan diperagakan akan menjadi pusat perhatian anak didik. Cara ini sangat cocok diperbuat untuk anak visual, dimana gaya belajarnya banyak condong pada apa yang dilihatnya. Anda tentunya sudah menyiapkan alat atau bahan yang akan Anda demonstrasikan.
Resitasi