"Keberhasilan PJJ ini ada di tangan orang tua" begitu kata Nadiem Makarim dalam acara Corbuzier Podcast, selasa 18 agustus 2020. Pendidikan Jarak Jauh yang biasa disebut PJJ ini dimulai sejak pemerintah tidak membolehkan membuka sekolah sebab pandemi corona.
Sulit rasanya untuk meng"iya"kan apa yang dikatakan Pak Nadiem di atas, dengan segala kekurangan yang dimiliki oleh orang tua pada nyatanya. Mungkin bagi sebagian orang tua yang berprofesi sebagai pendidik, dapatlah memahamkan anak-anaknya terhadap proses pembelajaran jarak jauh yang terjadi. Namun bagi orang tua yang tidak berlatar belakang pendidikan, tentu harapan itu sangat jauh dapat digapai.
Ini terkait teknologi. Sekarang lebih pintar anak daripada orang tuanya dalam mengoperasikan gawainya. Karena kondisi seperti itulah banyak orang tua yang memercayakan pada anaknya untuk belajar sendiri tanpa mau tahu. Berbahayakah? Tentunya, apalagi pada jenjang pendidikan tingkat pertama. Masa puberitas yang sangat perlu bimbingan orang tuanya.
Gawai mempunyai dua sisi yang berbeda. Akan menjadi baik jika dimanfaatkan untuk hal-hal yang positif. Namun bisa juga memperburuk penggunanya jika dipakai untuk kegiatan yang tidak berfaedah. Contoh, misalkan ia akan membuka tautan terkait info tertentu. Tetiba muncul iklan dewasa yang terletak di kanan atau kirinya, atas atau bawahnya, bahkan bisa jadi muncul di tengah-tengah info tersebut.
Ada dua kemungkinan yang terjadi. Tidak sengaja mengetuknya hingga pergi ke laman tersebut, atau sengaja di klik karena penasaran. Umumnya remaja bersifat penasaran dengan segala sesuatu. Inilah mulanya jika bersikap tidak mau tahu terhadap apa yang dikerjakan anak pada gawainya. Termasuk juga digunakan untuk bermain gim.
Lalu, apa yang sebaiknya dilakukan orang tua dalam masa "PJJ" ini?
Pertama, komunikasi dengan gurunya. Sampaikan bahwa anda memang tidak mengerti tentang media pembelajaran daring. Tanyakan juga bagaimana mengawasi pembelajaran anak-anak. Setidaknya guru akan memberikan jadwal belajar daring siswa. Anda cukup memberikan media itu hanya pada jam belajar daring berlangsung. Adapun tugas lain yang menggunakan gawai, dapatlah dikomunikasikan kembali pada gurunya.
Kedua, beri penjelasan pada anak. Bahwa gadget dapat menguntungkan dan bisa juga merugikan. Berilah beberapa contoh tentang penyalahgunaan gawai. Misalnya anak yang banyak bermain gim, dapat menyebabkan kecanduan. Itu artinya bisa merusak kesehatan dan menyebabkan banyak pengeluaran uang, karena ada juga gim yang sifatnya judi.
Ketiga, adakan guru pembimbing belajar di rumah. Bagi orang tua yang sibuk karena harus bekerja, mendatangkan guru pembimbing adalah pilihan. Tetap dengan protokol kesehatan, seperti  menggukan masker, cuci tangan sebelum masuk rumah, dan cek suhu tubuh. Memberikannya guru pembimbing dapat mengurangi rasa khawatir anda terhadap "PJJ" yang tengah di adakan dari sekolahnya.
Itulah gambaran akan pentingnya peran orang tua dalam "PJJ" ini. Tidak harus orang tua yang berprofesi guru yang bisa membantu belajar anak di rumah. Kini saatnya anda menjelma menjadi guru bagi anak-anak anda. Jika bukan anda maka siapa lagi? Jika tidak dari sekarang, lalu kapan lagi?
Semoga bermanfaat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H