Hingga kini pemerintah masih belum membolehkan pihak sekolah di sebagian besar daerah untuk membuat tatap muka dengan siswa. Mengutip informasi dari Kompas.com (15/06/2020), Mendikbud Nadiem mengatakan bahwa hanya 6 persen saja lembaga pendidikan yang dipersilahkan untuk mengambil keputusan belajar dengan tatap muka sesuai protokol kesehatan. 94 persen lainnya belum diperkenankan untuk membuka sekolah demi menjaga kesehatan orang-orang terdekat, termasuk keluarga.
Pandemi artinya wabah yang berjangkit serempak di mana-mana, meliputi daerah geografi yang luas, begitu menurut KBBI. Wabah virus corona masih mengkhawatirkan. Sama-sama kita berdoa agar wabah ini segera berakhir. Ini berdampak pada banyak sektor, bukan hanya perekonomian. Guru yang mengajar di sekolah swasta tentu merasa sulit, pasalnya tidak sedikit orang tua yang mengeluh susah membayar spp di masa pandemi ini.
Bagi guru yang juga mempunyai profesi tambahan, mungkin dapatlah mengandalkan penghasilan tersebut. Namun bagi guru yang sepenuhnya mengajar, tentu ini menjadi masalah jika ia digaji jika ia mengajar saja. Atau bisa jadi menerima gaji yang tidak penuh karena sulitnya siswa membayar spp di masa pandemi ini.
Guru dengan modal pengetahuan akademisnya dapat mencoba peruntungan baru ini, yaitu menulis buku. Tidak ada guru yang tidak tahu menulis. Saat kuliah, ia juga sudah melahirkan karya tulis ilmiah berupa skripsi. Asal ada kemauan pasti ada jalan.
Terinspirasi dari tulisan salah satu kompasianer yang telah menerbitkan lebih dari dua buku dengan tajuk yang sama, yaitu kumpulan artikel di kompasiana. Adalah agutinus wahyono, atau yang lebih akrab disapa "gus noy", begitu nama penanya. Saya pun mulai menggarap sebuah buku dari kumpulan beberapa artikel saya yang pernah dilabel 'pilihan' oleh tim kompasiana. Â
Menjad guru penggerak bagi siswa adalah salah judul artikel saya yang kemudian menjadi judul buku yang saya terbitkan. Berisi 21 artikel pendidikan yang saya bagi menjadi 2. Bagian pertama saya beri judul "ruang guru" yang berisi sebelas artikel terkait informasi keguruan.
Dimulai dari bagaimana anda bersikap sebagai seorang guru penggerak, menyajikan materi belajar yang apik dikemas, berbagi metode dalam menguasai kelas, menggunakan media sebagai alat mengajar, mengatasi rasa jenuh saat belajar, apa saja yang mempengaruhi wibawa guru, ukuran keberhasilan dalam mendidik, cara mengarahkan siswa yang melanggar peraturan, trik atasi bad mood tengah mengajar, memberikan reward pada siswa dengan jawaban luar biasa pada lembar ujian, dan bagaimana kita menyadari bahwa pekerjaan guru adalah sebuah profesi yang sama seperti profesi lainnya, seperti tentara, dokter, manajer, dan lain sebagainya.
Sedangkan pada bagian kedua, saya namai dengan "serambi sekolah" yang berisi sepuluh artikel terkait hal-hal yang biasa terjadi di sekolah, seperti apa saja elemen penting pendukung sekolah agar menjadi unggul, mengupas rantai informasi antara guru, siswa dan orang tua, mengulas sebutan "anak bodoh", mengulik kembali fungsi peraturan kelas, alasan siswa datang terlambat, efek pemberian pekerjaan rumah akademis kepada siswa, mulanya kasus perundungan di sekolah, memaksimalkan penarikan spp, dan membuat agenda "parents gathering" antara wali siswa dengan pihak sekolah. Â Â
Masa pandemi ini memangkas banyak jam mengajar guru. Artinya guru punya waktu luang lebih banyak dari biasanya. Anda dapat memanfaatkan waktu luang tersebut untuk menulis buku. Selain meningkatkan kualitas diri anda, juga dapat memperbaiki kondisi ekonomi anda di tengah masa pandemi ini.
Semoga bermanfaat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H