Jangan memandang masa lalu yang kelam, pandanglah apa yang ia berikan untuk kebaikan orang banyak. Jika Tuhan berkehendak menjadikan seorang bejat menjadi alim, siapa yang dapat menghalangi? Jika Tuhan berkehendak menjadikan seorang hina menjadi seorang yang dihormati atau disegani, siapa yang dapat menghalangi?
Begitulah kira-kira pesan yang ingin disampaikan oleh penulis buku "Merindu Baginda Nabi" ini.
Jangan Meremehkan Orang
Ia pernah tawuran dan hampir memutus tangan lawannya dengan parang yang ia pegang. Kejahatan seksual juga pernah ia lakukan, menghentikan jalan seorang gadis yang hendak pulang di sebuah gang, kedua temannya memegang tangan kanan dan kiri gadis itu. Lalu ia menciuminya sampai puas.
Itu dulu. Masa remajanya. Aib itupun begitu saja hilang dan tidak pernah jama'ah pengajiannya tahu. Ia menuntut ilmu agama di sebuah pesantren hingga Tuhan meyusupkan kerinduan yang sangat kepada baginda Nabi di dalam dadanya. Ia mati di kampung Nabi, saat menunaikan umroh.
Pak Nur, seorang yang dulunya bejat, pernah merasakan kamar penjara, kini bisa menjadi orang yang kata-katanya di dengar. Orang yang disegani. Orang yang menyampaikn ajaran agama sekaligus pengasuh pondok pesantren untuk anak-anak yatim piatu.
Keberhasilan Tak Memandang Asal
Rifa, bayi yang dibuang lalu ditemukan oleh Mbah Tenterem di tempat pembuangan sampah. Setiap mata memandang kasihan terhadap bayi itu. Mungkin saja dalam salah satu kepala yang menyaksikannya berfikir bahwa ia adalah hasil dari hubungan gelap. Sungguh malang, kehadirannya tidak diinginkan orangtuanya.
Kini ia menjadi bintang di sekolah. Program pertukaran pelajar antar negarapun ia dapatkan. Bahkan ia memenangkan olimpiade matematika di negara itu, mengalahkan siswa-siswa luar negeri lainnya. Kemampuan bahasa inggrisnya tak diragukan lagi. Ia juga berhasil menyelenggarakan seminar internasional yang menghadirkan seorang mentri.
Pemantik Semangat bagi Pelajar untuk "Go International"
Perjalanan Rifa saat mengikuti program pertukaran pelajar ke Amerika, menjadi arus lintas baginya berkunjung ke beberapa negara lainnya. Ia menikmati itu semua dengan biaya yang telah ditanggung. Ia mampir ke beberapa kampus hebat di dunia dan menceritakan kepada teman-temannya agar mendorong mereka berniat untuk menimba ilmu di luar negeri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H