Mohon tunggu...
Ardhia NurIsnaini
Ardhia NurIsnaini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Traveling

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Bom, Rudal dan Perekrutan Besar-Besaran Apakah Ini Pertanda Konflik Dari Korea Utara?

6 November 2024   23:03 Diperbarui: 6 November 2024   23:03 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Abstrak 

Tulisan ini membahas peran media dalam diplomasi internasional, dengan mengambil kasus konflik Korea Utara-Selatan sebagai contoh. Analisis terhadap liputan media di Indonesia dan internasional menunjukkan bahwa media tidak hanya menjadi penyebar informasi, tetapi juga berperan aktif dalam membentuk opini publik yang dapat memengaruhi kebijakan luar negeri suatu negara. Pembingkaian berita yang berbeda-beda oleh media dari berbagai negara dapat memperumit upaya diplomasi dan memperpanjang konflik.

Ketegangan antara Korea Selatan dan Korea Utara selalu menjadi perhatian media global. Insiden yang terjadi pada bulan Oktober kemarin semakin memperparah situasi di semenanjung Korea. Outlet berita besar, baik domestik maupun internasional, umumnya berfokus pada beberapa elemen penting dalam kejadian ini . Pertama, aktivitas militer menjadi sorotan utama. Peningkatan mobilisasi militer di kedua pihak, seperti peluncuran rudal dan latihan militer, sering muncul sebagai berita utama. Kedua, tanggapan politik dari para pemimpin dan negara-negara terkait juga mendapatkan perhatian. Pernyataan resmi, usaha diplomasi, dan analisis politik dari para pakar menjadi topik menarik untuk pemberitaan. Ketiga, dampak perseteruan terhadap masyarakat sipil juga dipandang serius. Ketakutan, kecemasan, dan sebagian kemungkinan pengungsian menjadi isu kemanusiaan yang menarik perhatian media. Terdapat perbedaan cara pandang antara media internasional dan lokal dalam meliput perseteruan ini.

Media internasional cenderung menawarkan pemandangan yang lebih menyeluruh, konflik Korea dengan dinamika geopolitik yang lebih luas . Di sisi lain, media lokal lebih banyak menitikberatkan pada dampak perseteruan terhadap negara mereka sendiri. Selain itu, semangat nasionalisme dan tekanan politik juga dapat mempengaruhi cara pandang media. Beragam faktor yang mempengaruhi cara pandang media sangatlah bervariasi. Agenda politik media, akses terhadap informasi yang akurat, dan tekanan publik menjadi beberapa faktor utama. Media-media dengan agenda politik tertentu cenderung menyajikan berita yang sejalan dengan pandangan mereka. Akses terhadap sumber informasi yang beragam dan dapat dipercaya juga sangat penting untuk menghasilkan berita yang berimbang. Tekanan dari pemerintah, kelompok-kelompok berkepentingan, atau masyarakat juga dapat mempengaruhi cara media menyampaikan berita.

  • Perbedaan dalam Pelaporan Media Indonesia dan Global Terkait Ketegangan Antara Korea Utara dan Selatan

Metode pelaporan media Indonesia dan global tentang ketegangan antara Korea Utara dan Selatan menunjukkan perbedaan yang mencolok. Hal ini disebabkan oleh sistem politik yang berlaku di setiap negara serta kepentingan nasional yang bervariasi. Di Indonesia, sebagai negara demokratis, media umumnya menikmati kebebasan yang lebih besar dalam meliput peristiwa-peristiwa internasional. Namun, bias politik media, intervensi dari pemerintah, dan minat publik dapat mempengaruhi perspektif serta kedalaman pelaporan. Media di Indonesia umumnya lebih fokus pada berita yang mampu menarik perhatian publik dan memiliki relevansi langsung terhadap kehidupan sosial masyarakat. Berbeda dengan Indonesia, negara-negara dengan sistem politik yang lebih otoriter atau komunis menghadapi kontrol yang lebih ketat terhadap media. Berita mengenai ketegangan antara Korea Utara dan Selatan seringkali disajikan sesuai dengan narasi pemerintah, dengan penekanan pada propaganda atau justifikasi tindakan pemerintah. Media di negara-negara ini cenderung mengutamakan kepentingan negara dibandingkan kebebasan pers.

  • Dampak Ketegangan terhadap Kebebasan Pers

Ketegangan antara Korea Utara dan Selatan dapat berdampak buruk terhadap kebebasan pers di berbagai negara. Pemerintah dapat memperketat sensor terhadap berita yang dianggap dapat mengganggu stabilitas keamanan atau mengancam kepentingan nasional. Para jurnalis juga mungkin mengalami sensor mandiri untuk menghindari masalah hukum atau tekanan dari pemerintah. Selain itu, diskriminasi terhadap jurnalis yang kritis terhadap pemerintah atau yang meliput isu sensitif bisa saja terjadi.

  • Signifikansi Jurnalisme Investigasi

Jurnalisme investigasi memiliki peran krusial dalam mengungkap fakta-fakta yang tersembunyi (dibalik) ketegangan antara Korea Utara dan Selatan. Investigasi jurnalis dapat mendeteksi pelanggaran HAM, korupsi , dan propaganda terkait ketegangan ini . Dengan demikian, masyarakat dapat memperoleh informasi yang lebih tepat dan menyeluruh, sehingga mampu membentuk opini yang lebih baik mengenai keadaan di semenanjung Korea. Pelaporan media mengenai ketegangan antara Korea Utara dan Selatan sangat dipengaruhi oleh konteks politik dan sosial di masing-masing negara. Di negara demokratis, media memiliki peran penting dalam mengawasi pemerintah dan memberikan informasi kepada masyarakat. Namun, kebebasan tetap bertahan menghadapi berbagai tantangan, terutama dalam situasi ketegangan. Jurnalisme investigasi memiliki peran yang sangat penting dalam menjamin bahwa masyarakat mendapatkan informasi yang akurat dan dapat diandalkan.

Seperti yang telah kita bicarakan sebelumnya, media tidak hanya berfungsi sebagai penyampai informasi, tetapi juga memiliki pengaruh yang sangat besar dalam membentuk opini publik. Melalui pemilihan berita, perspektif yang diambil, dan bahasa yang digunakan, media dapat mempengaruhi cara kita memahami suatu peristiwa. Dalam konteks konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan, media dari berbagai negara sering kali menyajikan narasi yang beragam, bergantung pada kepentingan politik masing-masing negara dan orientasi ideologi media.

Ketika kita mencermati, media di Indonesia dan luar negeri sering menampilkan laporan mengenai konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan dengan perspektif yang bervariasi. Contohnya, media Indonesia lebih sering menyoroti dampak konflik tersebut terhadap Indonesia, seperti potensi ancaman terhadap keamanan regional atau dampak ekonomi. Berita yang dihadirkan pun sering dikaitkan dengan kepentingan nasional Indonesia. Sementara itu, media internasional biasanya menawarkan analisis yang lebih mendalam, mengkaji konflik ini dari sudut pandang geopolitik, perlombaan senjata nuklir, atau usaha diplomasi global. Penggunaan bahasa dan narasi yang diterapkan juga berbeda-beda. Media Indonesia cenderung mempergunakan istilah-istilah yang lebih sederhana dan mudah dipahami oleh masyarakat luas. Di sisi lain, media internasional sering kali menggunakan terminologi yang lebih teknis serta analisis yang lebih komprehensif. Hal ini menunjukkan bahwa media internasional ditujukan untuk audiens yang lebih besar dan beragam, yang mungkin memiliki pengetahuan lebih dalam mengenai isu-isu global. Apa saja yang mendasari perbedaan sudut pandang ini? Beberapa factor hal utama yang mempengaruhi framing berita adalah:

  • Kepentingan nasional: Media sering dipengaruhi oleh kepentingan politik dari negara asal atau kelompok yang mendukungnya. Media yang dikelola pemerintah cenderung menyajikan berita yang sejalan dengan kebijakan pemerintah, sedangkan media independen mungkin lebih skeptis.
  •  Orientasi ideologis: Media dengan tampilan ideologis tertentu cenderung membingkai berita sesuai dengan keyakinan tersebut. Contohnya, media yang liberal mungkin lebih kritis terhadap tindakan militer, sedangkan media konservatif mungkin lebih mendukung aksi militer.
  • Kepentingan bisnis: Media juga dipengaruhi oleh kepentingan ekonomi. Media yang dimiliki perusahaan besar mungkin lebih hati-hati dalam mengkritik kebijakan pemerintah yang dapat merugikan bisnis mereka.
  • Minat pembaca: Media berusaha menarik perhatian sebanyak mungkin pembaca. Oleh karena itu, mereka cenderung menghadirkan berita yang menarik dan menghibur, meski tidak selalu akurat atau mendalam.

Faktor lain yang juga perlu diperhatikan adalah:

  • Sistem politik: Negara dengan sistem politik yang berbeda memiliki tingkat kebebasan pers yang bervariasi. Media di negara Demokrat biasanya memiliki lebih banyak kebebasan dibandingkan dengan media di negara otoriter.
  • Hubungan koneksi: Koneksi koneksi antara negara asal media dan Korea Utara serta Korea Selatan juga berpengaruh pada cara media meliput konflik.
  • Sumber berita: Akses pada informasi yang berbeda dapat menyebabkan variasi dalam laporan berita.

Perbedaan dalam liputan media Indonesia dan internasional mengenai konflik Korea Utara-Selatan mencerminkan kompleksitas isu global dan berbagai kepentingan yang terlibat. Sebagai konsumen media, kita perlu bersikap kritis terhadap berita dan tidak mudah terpengaruh oleh satu sumber saja. Dengan membandingkan berbagai sumber berita dan menganalisis perbedaan perspektif, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih menyeluruh tentang peristiwa yang terjadi.

  • Media Sebagai Pembentuk Pandangan Publik

Proses pembentukan opini publik melalui media melibatkan beberapa langkah, yaitu seleksi berita, framing, dan penentuan agenda. Seleksi berita merupakan proses memilih peristiwa mana yang akan dilaporkan dan diutamakan. Media cenderung memilih berita yang dianggap menarik, dramatis, atau relevan dengan minat audiens mereka. Framing adalah cara media menyajikan berita, yang dilakukan melalui pemilihan kata, gambar, dan perspektif tertentu. Framing dapat mempengaruhi cara kita menafsirkan suatu peristiwa dan membentuk sikap kita terhadap peristiwa tersebut. Sementara itu, penentuan Agenda adalah kapasitas media untuk menentukan isu-isu apa yang dianggap penting oleh publik. Dengan terus-terusan memberitakan suatu isu, media dapat mengalihkan perhatian publik kepada isu tersebut.

  • Dampak dari Peran Media

Peran media dalam membentuk pandangan masyarakat memiliki dampak yang signifikan. Pertama, media dapat menciptakan persepsi yang keliru mengenai suatu peristiwa. Jika media hanya menyajikan satu sisi dari sebuah cerita, masyarakat akan kesulitan untuk memperoleh gambaran yang komprehensif dan objektif. Kedua, media dapat memicu polarisasi pandangan publik. Ketika media yang berbeda menyajikan narasi yang bervariasi, publik dapat terpecah menjadi kelompok-kelompok yang saling berseberangan. Ketiga, media dapat dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk menyebarkan propaganda dan memanipulasi pandangan publik.

  • Pentingnya Literasi Media

Untuk menghadapi tantangan ini, kita perlu meningkatkan literasi media. Literasi media adalah kemampuan untuk mencari, menilai, menggunakan, menciptakan, dan berkomunikasi secara efektif dalam berbagai jenis media. Dengan memiliki literasi media yang baik, kita dapat menjadi konsumen media yang cerdas dan kritis. Kita dapat membedakan antara fakta dan opini, mengenali bias dalam berita, dan mencari sumber informasi yang terpercaya.

Media memiliki peran yang sangat vital dalam masyarakat modern. Namun kita perlu menyadari bahwa media tidak selalu bersifat objektif dan netral. Oleh karena itu, kami harus kritis dalam mengonsumsi berita dan tidak mudah mempercayai informasi yang kami terima . Dengan meningkatkan literasi media, kita dapat menjadi warga negara yang lebih cerdas dan mampu mengambil keputusan yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun