Mohon tunggu...
Ardhi Adhary Arbain
Ardhi Adhary Arbain Mohon Tunggu... Ilmuwan - A scientist, pla-modeler and traveler

It's all about the weather, experience, science and technology - http://sketsa-langit.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Hal-hal Unik Pada Seleksi Beasiswa Monbukagakusho

15 Agustus 2015   23:25 Diperbarui: 4 April 2017   17:23 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini pengalaman pribadi, dan mungkin bisa bervariasi pada tiap peserta yang 'selamat' sampai ke tahap ujian wawancara. Di hari penting itu, saya datang lebih awal (terlalu awal malah) ke kedutaan Jepang untuk mengikuti ujian wawancara. Kebetulan pada saat yang sama, ada test tertulis untuk monbusho lulusan SMA, jadi banyak peserta (umumnya ABG) antre di depan kedutaan.

Suasananya agak hiruk-pikuk, sampai petugas security perlu mengecek tampang saya beberapa kali sebelum memastikan kalau saya adalah peserta untuk tingkat research student, bukan SMA (Alhamdulillah Yaa Allah, tampang saya masih sulit dibedakan dengan anak SMA). 

Setelah diarahkan petugas ke pintu masuk yang berbeda dengan peserta SMA, saya sampai ke satu ruangan yang mirip ruang tamu. Karena kepagian, saya pun dipersilakan menunggu di ruang bersofa tersebut sebelum wawancara dimulai. Selang beberapa menit kemudian, ada beberapa orang yang juga masuk, kelihatannya tamu kedutaan. Saya mulai celingak-celinguk, ngeliatin apa ada peserta wawancara lainnya.

Tak lama kemudian, seorang pria tampan masuk ke ruangan dan dengan ramah menyapa saya. Karena sama-sama berpakaian batik, kami pun ngobrol santai tentang keperluan masing-masing. Saya sempat ditanya-tanya kenapa ikut beasiswa monbusho, kenapa bisa nggak lulus seleksi sampai 4 kali, lulusan universitas mana, apa tema riset saya dan lain-lain.

Saya baru mulai ngeh ketika pria itu mengaku sebagai dosen ITB dan beliau enggan ditanyai mengenai keperluannya datang ke kedutaan. Benar saja, ketika saya dipanggil wawancara, ternyata bapak tersebut adalah salah satu pewawancara saya. Dan entah, mungkin karena sudah 'diwawancarai' sebelumnya, proses ujian wawancara saya jadi jauh lebih santai dan lancar. 

Pelajaran moralnya: Bila ingin wawancara lancar, datanglah lebih pagi ke lokasi ujian. Jangan lupa pakai batik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun