Beberapa hari lagi, kita kembali akan diingatkan sebuah peristiwa yang bahkan saya sendiri tidak tahu bagaimana pemaknaan peristiwa ini, seakan-akan mengingat 1 tahun yang lalu ketika menemani kekasih saya untuk wisuda di salah satu Universitas Islam di Semarang, bertepatan dengan hari diperingatinya peristiwa besar ini.
Lamunan saya kembali membawa saat dimana saya berada di tengah kerumunan teman-teman sebaya saya ketika usia saya masih 7 tahun, ya saya ingat 7 tahun. Berbondong-bondong ibu-ibu membawa anaknya menyewa baju adat untuk membuat anaknya menjadi lebih menarik dan mampu menyedot perhatian warga sekitar. Hari itu diperingati dengan “Hari Ibu Kartini”
Ibu kita Kartini
Putri sejati
Putri Indonesia
Harum namanya
Ibu kita Kartini
Pendekar bangsa
Pendekar kaumnya
Untuk merdeka
Wahai ibu kita Kartini
Putri yang mulia
Sungguh besar cita-citanya
Bagi Indonesia
Lirik karya W.R Supratman seorang composer dan pencipta lagu mahakarya bangsa Indonesia yang tentunya patut saya sandingkan namanya dengan Mozart dan kawan-kawan musisinya. Lirik dalam lagu ini menggugah keprihatinan bangsa, bahwa untuk menjadi superhero tak perlu memiliki tubuh kekar layaknya Thor ataupun Superman, namun kami punya yang lebih anggun dan mengubah sendi kehidupan bangsa, beliau bernama Ibu Kartini, seorang kelahiran Rembang, 21 April 1879 dan wafat pada 17 September 1904.
Nama beliau masih kita kenang, meski tak berjumpa dengan beliau, namun jasa beliau mampu menempatkan kaum perempuan menjadi lebih maju dan bisa memiliki kewajiban dan hak sama dengan laki-laki.
Sungguh besar
Cita-citanya, bagi Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H