Mohon tunggu...
Ardi Pramudika
Ardi Pramudika Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Jurusan Konseling Sosial dan Agama di IAIN Walisongo Semarang

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Waktu Itu, Dinamakan Hari Kartini

20 April 2014   06:39 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:27 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari lagi, kita kembali akan diingatkan sebuah peristiwa yang bahkan saya sendiri tidak tahu bagaimana pemaknaan peristiwa ini, seakan-akan mengingat 1 tahun yang lalu ketika menemani kekasih saya untuk wisuda di salah satu Universitas Islam di Semarang, bertepatan dengan hari diperingatinya peristiwa besar ini.

Lamunan saya kembali membawa saat dimana saya berada di tengah kerumunan teman-teman sebaya saya ketika usia saya masih 7 tahun, ya saya ingat 7 tahun. Berbondong-bondong ibu-ibu membawa anaknya menyewa baju adat untuk membuat anaknya menjadi lebih menarik dan mampu menyedot perhatian warga sekitar. Hari itu diperingati dengan “Hari Ibu Kartini”

13979255021134850421
13979255021134850421


Ibu kita Kartini

Putri sejati

Putri Indonesia

Harum namanya

Ibu kita Kartini

Pendekar bangsa

Pendekar kaumnya

Untuk merdeka

Wahai ibu kita Kartini

Putri yang mulia

Sungguh besar cita-citanya

Bagi Indonesia

Lirik karya W.R Supratman seorang composer dan pencipta lagu mahakarya bangsa Indonesia yang tentunya patut saya sandingkan namanya dengan Mozart dan kawan-kawan musisinya. Lirik dalam lagu ini menggugah keprihatinan bangsa, bahwa untuk menjadi superhero tak perlu memiliki tubuh kekar layaknya Thor ataupun Superman, namun kami punya yang lebih anggun dan mengubah sendi kehidupan bangsa, beliau bernama Ibu Kartini, seorang kelahiran Rembang, 21 April 1879 dan wafat pada 17 September 1904.

Nama beliau masih kita kenang, meski tak berjumpa dengan beliau, namun jasa beliau mampu menempatkan kaum perempuan menjadi lebih maju dan bisa memiliki kewajiban dan hak sama dengan laki-laki.

Sungguh besar

Cita-citanya, bagi Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun