Mahasiswa UNNES GIAT 5 Desa Ngrawan sukses menggelar kegiatan "Pelatihan Kostum & Tata Rias Tari Eka Karya" (26/7) bertempat di Pendopo Dusun Tanon. Kegiatan pelatihan ini berupaya sebagai bentuk untuk mewujudkan kostum tari sesuai dengan desain yang diinginkan dan autentik.Â
Melalui kegiatan pelatihan kostum dan tata rias tari eka karya bertujuan untuk meningkatkan pertunjukkan tari agar lebih menarik. Pembuatan kostum tari dan tata rias ini memanfaatkan kearifan lokal di Desa Ngrawan khususnya Dusun Tanon.
Pelatihan ini dihadiri oleh masyarakat Dusun Tanon yang berjumlah 40 orang yang terdiri atas remaja dan ibu-ibu Dusun Tanon. Masyarakat sangat antusias dalam mengikuti pelatihan ini. Bahkan, masyarakat turut ikut serta dalam proses pelatihan kostum dan tata rias. Pelatihan ini diberikan oleh anggota tim UNNES Giat 5, Retno Marlangen yang menempuh Jurusan Tata Busana, serta Anisa Alif dan Agus Dwiyanto dari Jurusan Sendratasik, sehingga ilmu yang diperoleh di kampus dapat diimplementasikan kepada masyarakat Dusun Tanon.
Kostum tari Eka Karya berbeda dengan kostum tari pada umumnya. Kain yang digunakan untuk kostum, yaitu kain tenun lurik berwarna hijau yang dikombinasikan dengan kain satin polos warna hijau muda, jarik parang, dan kain jumputa. Kegiatan pelatihan lebih fokus pada pembuatan aksesoris seperti hiasan rambut (harnal), anting, kalung, gelang tangan, dan gelang kaki.Â
Aksesoris rambut dibuat dari harnal yang dihias dengan kembang suren berwarna merah. Anting dibuat menggunakan bathok kelapa yang dibentuk bulatan kecil yang ditempel menggunakan cetit.Â
Aksesoris kalung dibuat menggunakan bathok kelapa yang berukuran besar dan sedang yang disusun di rantai emas yang dikaitkan menggunakan kokot udang dan ring. Gelang tangan dibuat dari kain tenun lurik yang dihias menggunakan list emas dan dikaitkan menggunakan perekat. Adapun pembuatan gelang kaki sama seperti gelang tangan, namun pada gelang kaki ditambah kerincingan emas.
Pada pelatihan kostum, narasumber menjelaskan tentang bagian-bagian kostum terutama bagian aksesoris yang meliputi bahan, cara membuat, dan evaluasi. Cara ini dilakukan untuk memberi edukasi dan pemahaman tentang pembuatan aksesoris beserta cara penyimpanannya. Selain pemberian materi, kegiatan pelatihan ini juga dilakukan praktik pembuatan aksesoris secara berkelompok yang didampingi oleh Mahasiswa GIAT 5.
"Seru banget Mbak, jarang-jarang ada pelatihan seperti ini. Cara pembuatannya juga mudah dan aksesorisnya tampak alami karena sebagian besar dibuat menggunakan bahan kearifan lokal berupa kembang suren dan bathok kelapa." Ungkap Mbok Mi salah satu peserta pelatihan tata busana.
Pelatihan tata rias juga tidak kalah menarik. Pelatihan ini dilakukan dengan tujuan memberikan riasan yang rapi. Sasaran kegiatan ini adalah para remaja Dusun Tanon. Tata rias yang diberikan antara perempuan dan laki-laki tentunya berbeda. Untuk laki-laki menggunakan rias putra gagah yang bertujuan untuk memberikan kesan gagah, berwibawa, dan berani. Sedangkan, untuk rias perempuan menggunakan konsep riasan korektif yang bertujuan untuk menutupi kekurangan pada wajah, menegaskan garis-garis sehingga wajah terlihat lebih sempurna.
"Riasan tarinya berbeda dari yang lain, kesannya jadi lebih gagah dan tegas. Teknik riasannya juga mudah dipelajari. Ini jadi ilmu baru bagi saya yang sedang belajar rias  putra gagah." Ucap Kukuh selaku salah satu peserta pelatihan tata rias.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H