Mohon tunggu...
Ardhan Nofian Prasetyo
Ardhan Nofian Prasetyo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sebagai Mahasiswa Film & Televisi di Institut Seni Indonesia Surakarta

Ardhan Nofian adalah nama saya, disini saya sangat tertarik di bidang kreatif, content creation, dan perfilman selain itu saya juga memiliki hobi bermain video game, berolahraga, dan mendengarkan musik. Disini saya juga sedang menumbuhkan minat baca pada diri saya sendiri karena menurut saya membaca adalah kegiatan positif yang bisa dilakukan di waktu luang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Tak Hanya Topeng Malangan, Malang Juga Punya Kain Batik dengan Ciri Khas Tersendiri

14 Januari 2024   10:40 Diperbarui: 14 Januari 2024   10:52 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 2. Prestasi Sanggar Wisnu Batik sebagai Finalis di Apresiasi Kreasi Indonesia/Dok Pribadi

Malang -- Batik adalah sebuah kain peninggalan leluhur bangsa Indonesia yang memiliki motif bermakna dari setiap bentuk yang dibuat. Batik sendiri sudah tersebar di seluruh Indonesia khsusnya pulau Jawa. 

Jogja dan Solo adalah tempat dimana batik menjadi identitas busana yang sering dikenakan oleh mereka. Salah satu batik dari Solo yang sering dikenakan oleh masyarakat pulau jawa adalah batik Sidomukti, batik ini juga sering digunakan oleh pengantin Jawa dengan makna memulai hidup baru, kebahagian, dan berkah.

Tidak hanya di Solo ataupun Jogja, di Malang juga memiliki motif dan ciri khas batik tersendiri. Dalam upaya melestarikan seni dan kearifan lokal khusunya di Malang, Dwi Setyorini mendirikan sebuah sanggar batik bernama Wisnu Batik. 

Penamaan Wisnu Batik ini diambil dari anaknya sendiri selain itu arti dari Wisnu dalam penamaan sanggar milik Dwi Setyorini juga mensimboliskan Dewa Wisnu berarti Dewa Pengetahuan. Maka dari itu, sanggar yang didirikan bertujuan untuk mengajarkan para pemuda-pemudi tunas bangsa supaya batik jauh dari kata punah.

Saat ini di Malang bisa dikatakan budaya batik masih belum begitu terkenal dan terabaikan. Pada masa Kerajaan Kanjuruhan dan Kerajaan Singosari batik dianggap sebelah mata, hal ini terjadi karena dimasa tersebut Malang lebih mengedepankan ilmu kanuragan dan kadigadayaan untuk mendukung stabilitas dari kekuasaan dan dari sinilah mengapa batik di Kota Malang terabaikan. Melihat persoalan tersebut, Bu Dwi ingin berperan untuk melestarikan batik khas Malang ini lebih populer lagi.

Memperkaya Branding Kota Malang

Salah satu upaya yang dilakukan Bu Dwi dalam melestarikan batik khas Malangan ini dengan menerima pesanan dari pemerintah kota Malang dengan motif yang merepresentasikan kota Malang, tak hanya menerima pesanan saja Bu Dwi yang dasarnya adalah seorang guru, ia juga mengajarkan ketrampilannya ke anak anak sekolah dasar, selain itu ia juga membuka workshop membatik di sanggarnya, dan ternyata murid yang Bu Dwi ajar banyak dari kalangan mahasiswa. 

Sekitar 70 mahasiswa datang ke sanggar Wisnu Batik hanya untuk belajar membuat batik khas Malangan. Seperti yang diketahui upaya upaya yang dilakukan oleh Bu Dwi Setyorini dalam melestarikan dan mengenalkan batik khas Malang ini mampu memperkaya identitas atau branding Kota Malang yang tak hanya kesenian topeng Malangan saja, tetapi batik juga memiliki daya tariknya sendiri.

Gambar 2. Prestasi Sanggar Wisnu Batik sebagai Finalis di Apresiasi Kreasi Indonesia/Dok Pribadi
Gambar 2. Prestasi Sanggar Wisnu Batik sebagai Finalis di Apresiasi Kreasi Indonesia/Dok Pribadi

Sanggar Wisnu Batik juga telah memperoleh beberapa prestasi seperti Apresiasi Kreasi Indonesia 2021 sebagai Finalis, Nominasi Dekranasda Pertama Tahun 2020, Juara 1 Lomba Desain Batik Perpusnas. 

Dari beberapa prestasi yang telah diukir oleh Bu Dwi ini menunjukkan kalau batik asli Malang itu tak hanya asal gores saja, tetapi memiliki filosofi dan makna pada setiap goresan dan motif yang telah diciptakan. 

Popularitas batik saat ini sangatlah banyak bahkan batik asli nusantara saja telah sampai ke mancanegara. Dengan adanya program workshop yang dibuat sebagai pelestarian dan budidaya batik Malangan maka tak heran jika nantinya batik Malangan mampu bersaing dengan batik-batik yang memiiliki popularitas tinggi juga, dan mungkin sampai di ranah internasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun