Mohon tunggu...
ardhani prameswari
ardhani prameswari Mohon Tunggu... Guru - guru

seorang yang sangat menyukai photography

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Warisan Kemanusiaan Nabi Muhammad

19 September 2024   23:10 Diperbarui: 19 September 2024   23:15 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kelahiran Nabi Muhammad SAW pada 12 Rabi'ul Awal 571 M layak kita syukuri. Betapa tidak, kelahiran itu dapat dianggap sebagai anomali sosial di tanah  Arab. Saat itu wilayah itu penuh gejolak karena perang antar suku dan perbedaan keyakinan.

Saat-saat awal Muhammad menjadi Nabi, memang banyak tantangan terutama dari suku-suku berbeda dan orang-orang yang belum paham Islam. Sampai Nabi Muhammad mengaku sangat sulit tidur pada masa itu karena lingkungan sekitarnya tidak memungkinkan untuk beristirahat.

Lalu beliau dan sahabat-sahabatnya berpindah ke Madinah. Madinah juga penuh dengan perbedaan plus fanatisme yang berlebihan namun masyarakat di sana mau mendengar nasihat Nabi Muhammad yang berkeinginan mengatur (meregulasi) hubungan antar warga yang berbeda suku dan keyakinan, agar mereka bisa hidup dengan tenangm, damai dan saling berhubungan dengan baik. Dengan begitu diyakini, kehidupan bisa lebih maju dan menjadi lebih baik.

Meski kemudian Madinah bisa diatur dengan baik, Nabi Muhammad selalu berpesan kepada para sahabat dan umatnya agar bisa saling bekerjasama dengan umat lain.  Sepanjang hidupnya, Nabi sukses menekan fanatisme kesukuan, memperbaiki kekacauan moral, membangun masyarakat berbasis keadilan sosial, dan utamanya mempromosikan Islam sebagai agama damai.

Nabi Muhammad juga melaksanakan kewajiban duniawi seperti menjaga keluarganya dan berhubungan dengan baik dengan sanak saudara dan tetangga, dan tidak hanya melakukan kerja sebagai Rasul Allah.

Konteks holistik inilah (kewajiban sebagai Rasul Allah dan kawajiban sebagai manusia) yang sering dihilangkan oleh kelompok-kelompok radikal. Mereka seringkali memotong sejarah dan cerita seputar nabi yang berkisah pada bagaimana dia mampu membangun dan menjaga relasinya dengan pihak lain dengan baik. Bahkan di banyak kesempatan Nabi Muhammad mampu mempertahankan relasi sosialnya dan menciptakan harmoni.

Kelompok radikal sering hanya menonjolkan Nabi saat mengangkat senjata memerangi kaum kafir namun tidak pernah ungkapkan bagaimana Sang nabi juga pernah mengasihi dengan membiarkan kaum kafir itu ada dan hidup sepanjang tidak menganggu dirinya. Kelompok radikal sering menghilangkan citra bahwa islam itu agama damai, dengan menghilangkan sisi kemanusiasn Sang Nabi.

Peringatan Maulid Nabi yang kita rayakan awal minggu ini sebenarnya merupakan momentum bagimana kita melihat Nabi Muhammad secara utuh. Pribadi yang mengerjakan pekerjaan sebagai Rasul Allah dan juga sebagai manusia. Inilah warisan besar dari Nabi Muhammad SAW.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun