Perkembangan Islam di Indoensia, tak lepas dari peran walisanga yang menyebarkan islam di tanah Jawa. Diantara sembilan sunan itu, salah satu sunan yaitu sunan Kalijaga adalah sunan yang paling populer di masyarakat karena cara pendekatannya yang pas kepada warga lokal.
Pada masa sunan Kalijaga, warga lokal masih memiliki kepercayaan dinamisme, animisme dan Budha. Dengan kondisi itu, agak sulit bagi siapapun untuk menyebarkan agama baru di tengah warga lokal. Lalu Sunan Kalijaga punya strategi yang cukup baik untuk menyebarkan agama baru yaitu dengan memakai wayang kulit yang pada masa itu sangat digemari masyarakat.Bahkan dia sendiri menjadi dalang untuk banyak lakon , dengan nama samaran Ki dalang Bengkok. Akhirnya agama islam disebarkan oleh Sunan Kalijaga sedikit demi sedikit melalui wayang termasuk mengucapkan dua kalimat syahadat dengan ikhlas.
Strategi Sunan Kalijaga sukses Jika beliau mentas sebagai dalang maka berduyun-duyun masyarakat akan datang karena warga lokal menyukainya. Setelah pertunjukan wayangnya seringkali warga lokal mengucapkan dua kalimat syahadat dan mereka menjadi Islam. Dan begitu seterusnya cara Sunan Kalijaga menyebarkan Islam sampai kemudian Islam berkembang dengan baik dan dianut tanpa menimbulkan faksi-faksi dalam masyarakat.
Kini zaman berganti dan Islam telah menjadi agama yang banyak dipeluk oleh masyarakat Indonesia. Namun sayangnya, beberapa pihak merasa bahwa Islam yang banyak dianut berhak untuk menafikan (mengabaikan) agama lain atau bahkan menjugde bahwa aliran kepercayaan seharusnya tidak mendapat tempat di negara ini.
Persoalan mayoritas merasa berhak mengabaikan minoritas ini menjadi masalah besar meski beberapa pihak membantahnya. Namun banyak kasus terjadi perasaan dan pengabaian ini adalah fakta. Upaya seorang wanita masuk ke Istana dan ingin bertemu dengan Presiden Joko Widodo untuk menyarankan agar landasan Pancasila diganti dengan syariat Islam adalah contoh nyata bahwa mereka tidak mengakui perbedaan yang memang sudah takdir bagi Indonesia.
Banyak negara yang mengagumi kita karena mampu mengelola keberagaman dengan baik. Tapi di dalam negeri sendiri, mengelola itu adalah tantangan tersendiri dan tak sedikit pihak malah ingin sebaliknya menyatukan keberagaman itu; sesuatu yang mustahil di negara kita. Karena sejatinya, keberagaman adalah identitas kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H