Mohon tunggu...
ardhani prameswari
ardhani prameswari Mohon Tunggu... Guru - guru

seorang yang sangat menyukai photography

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Selalu Mengingat Adab Mengkritik Pemimpin

12 Agustus 2023   21:30 Diperbarui: 12 Agustus 2023   21:35 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada sebuah cerita tentang seorang pemimpin di masa awal perkembangan Islam bernama Harun Al- Rasyid. Pada suatu ketika, ada seorang pemuda yang datang padanya. Pemuda itu berkata: "Wahai khalifah, aku datang untuk memberimu nasehat. Namun, bisa jadi nasehatku ini akan terdengar kasar".

Harun Al- Rasyid menanggapi ucapan pemuda itu dengan tenang. Dia menyuruh pemuda itu untuk berhenti berbicara. Khalifah lantas berujar: "Sungguh Allah pernah mengutus hamba yang lebih baik dari engkau yakni Musa, kepada manusia yang lebih hina daripada aku yakni Fir'aun. Dalam kondisi seperti itu pun, Allah memerintahkan pada Musa untuk berbicara dengan cara yang baik".

Hal itu termaktub dalam Al-Qur'an surat Thaha ayat 44 yang artinya: "Maka berbicaralah kamu berdua (Musa & Harun) kepadanya (Fira'un) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut".

Pelajaran yang bisa dipetik dari kisah di atas adalah tentang urgensi berkata yang baik pada siapapun. Termasuk, pada pemimpin. Demikianlah ajaran yang turun, khususnya, bagi umat beragama Islam. Meski demikian, hal itu kiranya juga mirip dengan ajaran agama-agama lain. Di mana semua agama pasti mengajarkan bertutur kata yang baik, ticak terkecuali, saat melakukan kritik pada pemimpin apalagi presiden.

Masalahnya, di era kekinian di mana internet berkembang sedemikian pesat, orang begitu mudah melontarkan ucapan-ucapan yang kasar. Berdalih sebagai kebebasan berekspresi, dia mengucapkan umpatan bahkan hinaan satu sama lain. Baru-baru ini, ada sosok yang sudah dikenal luas, memilih diksi yang kasar saat menyinggung tentang presiden.

Hal-hal semacam ini seharusnya tidak terjadi di negeri yang kental dengan adab ketimuran seperti Indonesia. Tindakan seperti ini tidak patut ditiru.

Tentu saja, pemimpin bahkan presiden bisa jadi melakukan kesalahan. Masyarakat juga punya hak memberikan kritik, saran, masukan, dan usulan. Kendati demikian, penyampaikan saran dan kritik hendaknya dengan cara yang baik. Sehingga, tidak menimbulkan gejolak yang malah tidak baik bagi wacana di masyarakat.

Di era keterbukaan informasi seperti sekarang ini, literasi dalam segala bidang, termasuk di aspek teknik penyampaian pendapat, harus terus disampaikan secara luas. Sehingga, tiap warga negara yang punya hak berbicara, tetap selalu ingat dengan adab saat melontarkan kritik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun