Generasi muda saat ini mungkin tidak mengenal bagaimana kakek buyutnya dahulu berjuang merebut kemerdekaan, untuk membuat negara lain mengakui keberadaan Indonesia. Mungkin juga tak tahu atau tak peduli jikalau kemerdekaan yang sudah diraih itu masih saja mendapat hambatan dengan penyerangan Belanda dan sekutu yang tidak mengakui kemerdekaan Indonesia itu.
Karena itu mereka turun  dan berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan dengan senjata apa saja. Dibanding dengan musuh yang memiliki senjata lengkap, tentu kita kalah jauh. Ditambah pesawat yang bisa membuntuti pergerakan para pejuang itu. Puluhan ribu bahkan ratusan ribu darah tertumpah dalam perjuangan bagi Indonesia ini.
Segala pengorbanan ini tentunya didasari oleh hal kuat yaitu jauh sebelum kemerdekaan terjadi , para pemuda telah bertemu dan mengingini kemerdekaan Indonesia setelah nyaris ratusan tahun kita berada di bawah tekanan negara asing. Awalnya VOC yang merampok kekayaan Indonesia. Setelah bangkrut, pemerintah Belanda masih ingin bercokol di negeri ini, Â di samping itu ada Portugis dan Inggris yang hanya ingin mengambil kekayaan kita.
Pemuda itu bertemu dalam beberapa kesembpatan. Awalnya mereka ingin mendengarkan lagu Indonesia Raya yang dikarang oleh WR Supratman. Mereka berasal dari berbagai etnis dan tersebar dari berbagai pulau, dan mengingini kuat agar pemuda dengan berbagai perbedaan ini dapat bersatu. Mereka berasal dari Aceh, dari Padang, dari  Banjarmasin, dari Jawa, Bali, Sulawesi dan Maluku. Mereka bersatu dan mengingini negara kuat bagi mereka untuk menyongsong masa depan gemilang.
Kuatnya keinginan ditambah pengorbanan oleh segenap rakyat Indonesia yang sudah gugur itu seharusnya bisa menjadi landasan yang kuat bagi generasi muda untuk meneruskan perjuangan dalam bentuk apapun. Pengorbanan mereka harus kita hargai. Cara Indonesia mendapat keadulatan atas negara ini berbeda dengan negara lain dimana mereka seringkali hanya menerima / mendapat hadiah dari bangsa lain itu.
Karena itu, sepertinya hal-hal yang menyangkut bibit bibit perpecahan bangsa seperti intoleransi dan radikalisme harusnya bisa dimimalisir karena bagaimanapun negara ini dibangu dengan jutaan nyawa dan pengorbanan yang tidak sedikit.
Rasanya tak ada artinya jika kita selalu bicara masa depan negara yang lebih baik, tapi kita membenci saudara yang berbeda agama. Â Rasanya percuma jika kita bisa menyombongkan pencapaian prestasi kognitif kita tapi kita tak bisa damai dengan tetangga yang berasal dari suku lainnya. Semuanya sia-sia belaka jika kita masih mempersoalkan perbedaan dan mengarah ke sikapsikap intoleransi.
Apa yang sudah dikorbankan di masa lalu termasuk para pemuda yag berkumpul pada tahun 1928 adalah warisan soal persatuan yang harus dilestarikan. Dan itu cita-cita luhur dan besar dari bangsa Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H