Namanya Fahma Waluya Rosmansyah. Kini umurnya 20 tahun dan berkuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB) fakultas Seni Rupa dan Desain.
Delapan tahun lalu yaitu tahun 2010 saat Fahma masih berusia 12 tahun, dan adiknya yang bernama Hania Pracika masih berusia enam tahun. Dua-duanya masih bau kencur. Tapi di tahun itu keduanya berhasil  'mengguncang dunia' melalui aplikasi ciptaan mereka. Dua anak itu adalah pengembang termuda dunia untuk pembuatan software games khusus di ponsel Nokia. Waktu itu kepemilikan Android belum sedahsyat sekarang.
Beberapa developer dunia sudah mengenal dua nama anak Indonesia itu. Mulai dari programmer dari Inggris, Perancis bahkan Jerman. Setelah dua anak itu memenangkan lomba pembuatan software Asia Pasific Information and Communication Teknology Award International 2010 di Kuala Lumpur. Lomba ini diikuti oleh 16 negara. Â Dua anak bau kencur ini mampu membuat aplinasi di mobile phone hanya dalam waktu lima menit.
Tiga tahun sebelum masa itu, yaitu ketika Fahma masih berusia sekitar sembilan tahun dan adiknya masih berusia tiga tahun, Fahma sudah menciptakan aplikasi di ponsel Nokia yang berjudul My Moms Mobile Phone As My Sister Tutor. Aplikasi itu ditujukan untuk adiknya yang sulit mengenali huruf.
Sehingga sebelum dia ikut dalam lomba Software di Malaysia itu , Fahma dan adiknya sudah menciptakan sekitar enam aplikasi. Tiga  diantaranya adalah DUIT yaitu Doa Usaha Ikhlas Tawakal, Enrich (English For Children). Juga ada Mantap yaitu aplikasi Matematika untuk Anak Pintar
Apakah dua anak yang berhasil mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional itu bisa dianggap sepele ?
Meski bau kencur mereka sejatinya adalah anak potensial yang pernah dimiliki Indonesia. Karena selain mampu membuktikan diri berprestasi, terlebih mereka masih sangat muda. Mereka  bisa disebut pahlawan. Karena mereka bisa membantu orang sekitarnya beranjak dari kesulitan. Semisal sulit membaca, sulit berhitung dll.
Fahma dan Hania lahir di masa teknologi informasi sedang booming. Mereka adalah generasi millennial. Meski belia, mereka juga layak disebut pahlawan. Melek teknologi itu penting untuk bisa memperkuat dan mempertahankan NKRI dari banyak pengaruh negative semisal  kemalasan, intoleransi, radikalisasi, pornografi, narkoba dll. Musuh sekaligus teman kita masa kini adalah teknologi itu sendiri. Karena itu kita harus cerdas mempergunakan dan menyaringnya.
Jadi, menjadi pahlawan tak harus menyandang senjata. Berbuat maksimal dan bermanfaat untuk orang lain, sejatinya adalah pahlawan kekinian ; Pahlawan Millenial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H