Mohon tunggu...
ardhani prameswari
ardhani prameswari Mohon Tunggu... Guru - guru

seorang yang sangat menyukai photography

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bertoleransi Dalam Kemerdekaan

17 Agustus 2016   20:24 Diperbarui: 17 Agustus 2016   21:18 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toleransi - sinarharapan.net

Salah satu yang identik dalam perayaan kemerdekaan adalah panjat pinang. Semuanya bersatu, saling bekerja sama agar bisa sampai diposisi puncak. Dalam kerjasama untuk mencapai puncak ini, semuanya satu tujuan. Tidak peduli anggota tim itu pendek atau tinggi, tidak peduli berasal dari daerah mana, dan tidak peduli dari suku atau beragama apa. Mereka bersatu menjadi satu, untuk  mewujudkan keinginan bersama mencapai puncak. Karena mereka sadar, tanpa kekompakan dan kerjasama, mimpi untuk mencapai puncak akan sulit terwujud. Karena batang pohon pinang dibaluri minyak, yang membuat licin.

Filosofi dari panjat pinang ini, harusnya bisa menjadi introspeksi bersama di hari kemerdekaan. Jika masyarakat bisa bekerja sama tanpa melihat perbedaan, harusnya juga bisa kita lakukan dalam keseharian. Kenapa hal ini perlu kita ingatkan kembali, karena tidak bisa dipungkiri rasa kebencian, tidak suka dengan orang lain masih suka kita temukan dalam lingkungan kita. Terlebih kebencian atas agama juga masih terus terjadi.

Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar. Fakta ini rupanya menjadi daya tarik bagi kelompok radikal dan teroris, untuk terus menyebarkan paham kekerasan di negara ini. Ada sebagian masyarakat yang terpengaruh, tapi banyak juga masyarakat yang menolak ajaran kekerasan tersebut. Meski demikian, kekerasan dan kebencian yang sering dilakukan oleh kelompok radikal ini sangat mengganggu. Masyarakat yang awalnya tenteram, damai, tiba-tiba menjadi masyarakat yang religius tapi sering melakukan kekerasan.

Karena itulah, jangan takut untuk saling mengenal antar sesama. Tuhan menciptakan semua manusia beraneka ragam warna kulit, kepribadian, budaya, bahkan agama. Tuhan menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Karena perbedaan itulah, manusia dituntut untuk saling mengenal dan bersilaturahmi antar sesama. Hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia, harus seimbang. Boleh kita sering beribadah, tapi bergaul dengan tetangga juga harus dilakukan. Hal ini penting agar kita tidak menjadi manusia yang asocial. Ingat, manusia pada dasarnya merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan, dan tidak dapat hidup sendiri.

Dengan saling mengenal antar sesama, kita bisa saling mengerti kepribadian tetangga kita. Ingat, Indonesia merupakan negara yang majemuk, yang terdiri dari ribuan suku, budaya dan bahasa. Faktanya, ribuan suku yang tersebar dari Aceh hingga Papua itu bisa bersatu di dalam negara kesatuan republik Indonesia. Jika selama 71 tahun, kita yang berbeda bisa hidup rukun, berdampingan dan saling menghargai, kenapa sekelompok masyarakat yang membawa paham kekerasan itu justru tidak menghendaki keberagaman? Sungguh tidak masuk akal. Keberagaman yang merupakan bagian tak terpisahkan dari negeri ini, justru terus dipermasalahkan.

Hari ini, Indonesia merayakan kemerdekaannya. Panjat pinang di hari kemerdekaan bisa menyatukan semua orang, dari berbagai latar belakang agama. Jika setiap orang bisa bersatu setiap 17 Agustus, lalu kenapa di sebagian daerah di Indonesia masih ada masyarakat yang mempermasalahkan keberagaman? Faktanya, jemaat gereja Yasmin di Bogor dan Filadelfia di Bekasi, masih belum bisa beribadah di gerejanya. Ada juga pembakaran masjid yang dipicu kesalahpahaman. Bahkan beberapa pekan sebelum hari kemerdekaan, sempat terjadi perusakan vihara dan klenteng di Tanjung Balai, Sumatera Utara. Mari kita jadikan semangat kemerdekaan ini, untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang benar-benar bertoleransi. Mari kita menjadi pribadi yang saling menghargai dan toleran. Selamat hari kemerdekaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun