Mohon tunggu...
ardhani prameswari
ardhani prameswari Mohon Tunggu... Guru - guru

seorang yang sangat menyukai photography

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Gara-Gara ISIS, Haruskah Kita Takut dengan Bendera Berlafal Allah?

27 Maret 2015   17:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:54 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akibat pemberitaan yang masif di media massa, nama ISIS pun mulai dikenal oleh masyarakat Indonesia secara luas. Irosnya ISIS dikenal justru sebagai ancaman yang mengkhawatirkan sekaligus menakutkan.

Segala atribut berbau ISIS, termasuk bendera hitam yang bertuliskan lafal 'Lailahahilallah" (tiada Tuhan selain Allah) menimbulkan kecemasan tersendiri bagi publik. Tapi, apakah semua bendera hitam atau atribut lainnya bertuliskan lafal Allah selalu berkaitan dengan ISIS? Pertanyaan inilah yang kini banyak terlontar di masyarakat, di mana kemudian memicu Islamphobia atau perasaan takut berlebih terhadap simbol-simbol Islam, khususnya yang berbentuk lafal Allah SWT dan Rasulullah SAW.

Double bad strike kalau menurut saya. Selain membuat banyak orang terancam, aksi yang dilakukan ISIS juga meningkatkan ketakutan baru tentang Islam. Sedihnya, ketakutan tersebut juga dirasakan oleh umat Muslim sendiri, termasuk saya.

Karena adanya isu mengenai sepak terjang ISIS yang membahayakan, saya pun menjadi sering curiga dengan kegiatan-kegiatan intensif yang dilakukan oleh kelompok-kelompok berbasis Islam di lingkungan sekitar saya. Padahal kan tidak semua kelompok seperti itu melakukan aksi radikal. Namun karena isu ISIS, hampir semuanya terlihat bias, dan serba salah untuk menyikapinya.

Namun jika merunut pada sejarah, penggunaan lafal Allah di bendera ISIS dianggap sebagai bagian dari kebebasan dalam mengekspresikan ketundukan terhadap kuasa Allah SWT. Sejarah Islam pernah mencatat beberapa macam bendera yang terbagi ke dalam dua kubu besar, yakni liwa’ dan rayah..

Liwa’ adalah bendera yang dipasang di ujung tombak, tidak selalu dikibarkan, hanya dikibarkan dalam kondisi penting saja, dan berfungsi untuk menunjukkan posisi panglima perang. Adapun rayah adalah bendera yang diberikan kepada pasukan, dipasang di ujung tombak dan selalu dikibarkan. Sebuah pasukan bisa mempunyai beberapa rayah.

Ada banyak varian dalam bentuk bendera-bendera tersebut. Ada yang bertuliskan “Laa Ilaaha Illallah Muhammad Rasulullah” secara langsung, ada juga yang bertuliskan “Laa Ilaaha illallah, Muhammad Rasul Allah” (dengan motif stempel Rasulullah SAW). Hal ini kemungkinan karena perbedaan penafsiran terhadap hadits-hadits yang menyebutkan tentang bendera yang digunakan oleh Rasulullah SAW. Rata-rata mereka mengklaim bahwa benderanya merupakan bendera yang digunakan Rasulullah SAW.

Bisa jadi karena kebebasan dalam penggunaan bendera berlafalkan Allah SWT, ditambah lagi dengan banyaknya tafsir yang berbeda mengenai ajaran Islam, maka berbagai kelompok terkait pun dapat menggunakannya sebagai simbol perjuangan. Terlebih dengan adanya konsep jihad dalam menegakkan syariat Islam, menjadikan bendera  berlafal Allah SWT menjadi simbol perjuangan untuk melegitimasi berbagai tindakan yang dilakukan, entah b aik atau buruk.

Terkait dengan kehadiran ISIS dan penggunaan bendera berlafal Allah SWT sebagai simbol perjuangan menunjukkan bahwa hal tersebut salah. ISIS telah dengan sengaja menyelewengkan simbol suci tersebut sebagai tameng dalam melakuakn aksi dan propagandanya yang kejam. Adalah kewajiban bagi kita untuk terus waspada dan menolak jauh-jauh paham ISIS yang mencoba masuk merayu kita. ISIS adalah musuh bersama yang harus kita hindari. Salam Indonesia damai!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun