Mohon tunggu...
Andi Ramadhan
Andi Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis lepas di Kompasiana

Datang berlindung waktu susah dan senang. Tumpang berlindung waktu susah dan senang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Israel: Mungkinkah dari Korban Kemudian Menjadi Pelaku Pemusnahan?

3 November 2023   23:41 Diperbarui: 3 November 2023   23:43 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: washingtoninstitute.org

Tulisan ini mungkin tidak menyenangkan bagi sebagian orang dan sangat sensitif. 

Israel: Dari korban hingga menjadi pelaku pemusnahan. Saya mencoba mengaitkan hubungan antara korban pelecehan seksual yang cenderung menjadi pelaku pelecehan seksual di kemudian hari. 

Tanpa mengkesampingkan isu yang lebih besar: isu-isu politik, sejarah, agama, dan hak asasi manusia yang memerlukan pemahaman mendalam dan kontekstual.

Penting untuk dicatat bahwa tidak semua korban pelecehan seksual akan menjadi pelaku. Banyak faktor yang memengaruhi perkembangan individu, dan kebanyakan korban pelecehan seksual tidak akan mengulangi tindakan tersebut. 

Namun, beberapa faktor risiko dapat memainkan peran dalam mengubah korban menjadi pelaku pelecehan seksual.

Salah satu faktor yang memengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pelaku pelecehan seksual adalah bagaimana mereka mengatasi pengalaman traumatis tersebut. 

Beberapa korban mungkin mengalami gangguan stres pasca-trauma atau gangguan mental lainnya yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk berinteraksi sosial secara sehat. 

Ini dapat memengaruhi cara mereka memperlakukan orang lain di masa dewasa. Terapi dan dukungan psikologis yang tepat dapat membantu mengurangi risiko ini.

Selain itu, faktor lingkungan juga dapat berperan. Seseorang yang tumbuh dalam lingkungan yang mendorong kekerasan seksual atau memiliki pengalaman lain yang merusak dalam hal seksualitas mungkin lebih cenderung untuk mengulangi pola tersebut. 

Penelitian juga telah menunjukkan bahwa faktor-faktor sosial dan budaya, seperti ketidaksetaraan gender, dapat memainkan peran dalam peningkatan peluang seseorang menjadi pelaku pelecehan seksual. 

Memerangi ketidaksetaraan gender, mengedukasi individu tentang persetujuan yang jelas dalam hubungan seksual, dan mendorong kesadaran tentang bahaya pelecehan seksual dapat membantu mengurangi risiko tersebut.

Mengutip Kompas.com, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bidang Pendidikan Retno Listyarti mengatakan, seseorang yang mengalami pelecehan seksual saat kecil cenderung menjadi pelaku pelecehan seksual saat dewasa. 

"70 persen kasus menunjukkan korban pelecehan seksual menjadi pelaku saat dewasa nanti," ujar Retno, saat ditemui Kompas.com di kantornya, Rabu (4/7/2018).

Dari Detik.com, Veronica Adesla, M.Psi, Psikolog selaku Psikolog Klinis dan Co-Founder Ohana Space menjelaskan adanya faktor penyimpangan kognitif pada korban.

"Hal tersebut bisa terjadi karena pada proses mekanisme pertahanan diri korban tidak didampingi atau berproses dengan benar bisa terjadi distorsi atau penyimpangan kognitif, sehingga ketika menyimpulkan atau menarik benang merah dan mencegah rasa sakit (trauma) yang dia rasakan otaknya berpikir bahwa dia jangan menjadi korban. Agar tidak menjadi korban kamu harus menjadi orang yang kuat, kamu harus menjadi orang yang dominan dimana tanpa dia sadari dia telah menjadi pelaku," ujarnya.

Hubungannya dengan Israel

Sejarah berdirinya Israel terjadi pada 14 Mei 1948 atau sehari sebelum mandat Inggris di Palestina berakhir. Pada paruh kedua abad ke-19, kerinduan yang telah lama dirasakan oleh orang-orang Yahudi di diaspora, untuk kembali ke wilayah nenek moyang mereka, memuncak melalui gerakan nasionalisme yang disebut Zionisme.

Tujuan Zionisme didorong oleh meningkatnya kebencian terhadap orang Yahudi di Eropa dan Rusia. Orang-orang Yahudi yang berimigrasi bertemu dengan penduduk yang sebagian besar adalah orang Arab, yang juga menganggapnya sebagai tanah leluhur mereka.

Kita tahu, bahwa orang-orang Yahudi yang menjadi korban Nazi selama Perang Dunia II mengalami pengalaman yang sangat traumatis karena kebijakan Holocaust yang sistematis dan genosida yang dijalankan oleh rezim Nazi.

Pengalaman korban Holocaust adalah hasil dari antisemitisme yang menyebabkan penindasan massal dan genosida. Infonya jutaan kaum Yahudi terbunuh akibat Holocaust.

Setelah Israel terbentuk, terdapat banyak pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi. Jauh sebelum peristiwa 07 Oktober 2023 lalu, ketika Hamas merangsek wilayah Israel, selama 75 tahun orang-orang Palestina tertindas dan kehilangan hak-hak atas tanah airnya.

Sebagai balasan atas konflik 07 Oktober 2023, ribuan rakyat Palestina telah terbunuh tak terkecuali perempuan dan anak-anak. Banyak pihak yang menyatakan perilaku Israel sebagai bentuk genosida terhadap orang-orang Palestina. 

Korban terus berjatuhan tanpa memandang bulu. Rumah ibadah, rumah sakit, dan bahkan tempat pengungsian tak luput dari bombardir Israel.

Terfikirkan oleh saya bahwa perilaku Israel ini mirip korban pelecehan seksual yang kemudian menjadi pelaku di masa mendatang. Sebagaimana disebutkan di atas, beberapa korban mungkin mengalami gangguan stres pasca-trauma atau gangguan mental lainnya yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk berinteraksi sosial secara sehat. 

Sebagaimana yang dikatakan oleh Veronica Adesla, M.Psi, Psikolog selaku Psikolog Klinis dan Co-Founder Ohana Space menjelaskan adanya faktor penyimpangan kognitif pada korban di atas.  "... Agar tidak menjadi korban kamu harus menjadi orang yang kuat, kamu harus menjadi orang yang dominan dimana tanpa dia sadari dia telah menjadi pelaku," ujarnya.

Entahlah.

Bagaimanapun, kita berharap eskalasi perang antara Israel dan Palestina segera berakhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun