Kemampuan seseorang untuk tertawa dan mengekspresikan kebahagiaan bukan hanya hasil dari sifat inheren mereka, tetapi seringkali merupakan refleksi dari pengalaman hidup, latar belakang budaya, kondisi kesehatan, dan berbagai faktor lainnya.Â
Penting bagi kita untuk memahami dan empati terhadap alasan yang mungkin mendasari ekspresi (atau ketiadaan ekspresi) tertentu dari individu, dan tidak cepat menilai atau membuat asumsi.Â
Setiap orang memiliki ceritanya sendiri, dan seringkali, apa yang kita lihat di permukaan hanyalah puncak gunung es dari realitas kompleks yang mereka hadapi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!