Beberapa sumber mengatakan bahwa kerusuhan bermula dari provokasi antar-suporter, sementara ada pula yang menyebutkan masalah keamanan dan kapasitas stadion yang melebihi batas sebagai pemicunya.Â
Meski demikian, yang pasti, tragedi tersebut menorehkan duka dan luka yang mendalam bagi dunia sepakbola.
Korban tidak hanya datang dari pendukung tim tuan rumah, tetapi juga dari tim tamu dan beberapa orang yang kebetulan berada di lokasi saat itu.Â
Keluarga korban, tentunya, merasakan duka yang paling dalam. Mereka kehilangan anggota keluarga, sahabat, serta kerabat dalam tragedi yang seharusnya bisa dicegah tersebut.
Tepat setahun setelah tragedi, belum ada kejelasan mengenai penyelesaian kasus ini. Beberapa keluarga korban merasa bahwa pihak berwenang tidak menunjukkan progres yang berarti dalam menuntaskan kasus ini.Â
Mereka membutuhkan keadilan.Â
Bukan hanya kompensasi materi, tetapi juga keadilan moral agar para korban dapat tenang dan tragedi serupa tidak terulang di masa mendatang.
Mungkin, bagi sebagian orang, sepakbola dan isu-isu kemanusiaan adalah dua hal yang terpisah. Namun, fans Bayern Munchen membuktikan sebaliknya.Â
Dalam laga melawan Freiburg, para fans memilih untuk menjadi suara bagi yang tidak bisa berbicara, menjadi harapan bagi yang kehilangan asa.
Empati yang ditunjukkan oleh fans Bayern Munchen bukan hanya sekedar pesan moral, tetapi juga sebuah dorongan bagi pihak berwenang untuk segera bertindak.Â
Pesan yang mereka sampaikan bukan hanya untuk tragedi Kanjuruhan, tetapi untuk semua insiden tragis di dunia sepakbola yang membutuhkan keadilan.