Hari minggu kemarin timeline Twitter saya penuh tentang masalah pemblokiran BlackBerry. Heboh tentang masalah layanan BB yang akan diblok. Pernyataan Menkominfo Tifatul Sembiring di Twitternya (@tifsembiring) mengundang banyak kontroversi.
Tweet yang berisi hujatan kepada Pak Menteri pun bertubi-tubi, dari kalangan biasa sampai artis. Mereka yang ahli IT dan praktisi Telco pun urun suara.
Yang kontra kebanyakan mempermasalahkan kenapa hanya karena konten porno trus layanan BB harus di blok. Padahal konten tersebut bisa diakses darimana saja, kenapa BB yang harus dibesar-besarkan. Kicauan jadi melebar kemana-mana. Yang tak tahu apa-apa jadi ikut menghujat, seperti api yang diberi minyak, menyambar cepat.
Untung ada beberapa yang mencoba berpikiran bijak. Ada akun seseorang yang mengajak followernya untuk berpikir sejenak. Twitter hanya menyediakan 140 karakter dan semua tau terkadang tidak mampu menyampaikan maksud dengan batas tersebut. Pemilik akun tersebut mengajak untuk menunggu Pak Menteri menyampaikan maksudnya dengan lebih lengkap.
Sorenya, datang jawaban di Detik.com Alasan di Balik Ultimatum Penghentian BlackBerry
Langsung ada respon dari @DanielTumiwa menanggapi 8 poin tersebut. Respon ini dirangkum oleh Avianto di webnya yang dapat dilihat disini.
Balas berbalas Twit terus berlangsung, tapi setidaknya masyarakat sudah mendapatkan informasi yang berimbang.
Saya jadi teringat minggu lalu bos saya terlambat meeting karena baru ada workshop dengan RIM. Beliau mengatakan tentang alotnya nego dengan RIM masalah pemblokiran konten porno ini, susah ngomong sama RIM padahal uang yang mereka dapat dari kita banyak sekali, masalah server yang nggak mau dipindah ke Indonesia, bagaimana tentang sudah ada kantor cabang RIM Indonesia tapi segala kebijakan harus tetap ke RIM Kanada, bagaimana RIM ga mau bayar pajak, dll dll...
Hal ini pula yang membuat saya akhirnya menulis di Twitter, yg sudah saya rangkum jadi paragraf berikut :
Masalahnya bukan pada konten pornonya, tapi pada arogansi RIMnya. User BB qta trmasuk yg terbesar di dunia, tp RIM ga mw nego. Revenue mereka gede bgt dri kita. Tapi kita minta blok konten aja ribetnya minta ampun. Mindahin server kesini aja gmw. Kantor RIM Indonesia cuma buat pajangan. Kebijakan apa2 tetap lapor ke Kanada. Kita ga dianggep! Padahal Arab (cmiiw) yg user BBnya dikit bisa bikin RIM naro server disana. Lha kita?? Kenapa ga bisa??
Saya rasa masalah BlackBerry ini bukan hanya terkait blokir konten porno saja. Tetapi sudah lebih mengarah kepada nasionalisme kita. Perusahaan asing bikin usaha disini, dapet revenue banyak dari negara ini, tapi masalah perundangan negara ini mereka ga mau nurut.
Saya sebagai orang telco mendukung Pak Tifatul bahwa kita harus tegas!
Lalu bagaimana solusi akhirnya bagi pengguna BlackBerry. Tenang saja, berikut saya kutip dari detik.com Kominfo: BlackBerry Diultimatum, Masyarakat Jangan Panik
Jika pada meeting terakhir tersebut RIM keukeuh tak mau melakukan sensor di layanan internet BlackBerry maka siap-siap saja, akses browsing di ponsel pintar tersebut ditutup. Namun fitur lainnya, macam BlackBerry Messenger dan email masih bisa digunakan pengguna.
"Namun jangan khawatir, pengguna bisa tetap browsing, tapi menggunakan GPRS yang menggunakan jalur operator," imbuh Gatot.
Senang rasanya melihat betapa mudah bangsa ini bereaksi atas suatu masalah. Sedih ketika mereka cepat melupakannya. Lebih sedih lagi melihat banyak yang berkomentar sepihak saja tanpa cek dan ricek serta melihat dari sisi lainnya.
Bacaan terkait:
Bagaimana Cara Kerja Server RIM
Kominfo: Diskriminatif Jika Biarkan BlackBerry Lolos
Negara-negara Pengancam BlackBerry
BlackBerry Lolos dari Pemblokiran
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H