Mohon tunggu...
Ardha Kesuma
Ardha Kesuma Mohon Tunggu... Relawan - sesukasukaku

Ardha Kesuma, perempuan pencerita di Ruang Renjana Podcast yang selalu jatuh hati pada Ibu Bumi. Berupaya menerapkan gaya hidup minimalis, tidak memakan olahan dari binatang, selalu menghabiskan isi piringnya, mengumpulkan sampah plastik pribadi untuk dibawa ke tempat pengolahan sampah. Sejak 2017 merawat kehidupan melalui gerakan lingkungan dan literasi. Untuk keperluan terkait tulis-menulis, lingkungan, dan literasi, bisa menghubungi via email ardhakesuma@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Negeri Tanpa Nyamuk

4 Juni 2023   15:10 Diperbarui: 4 Juni 2023   21:31 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada kesempatan diskusi mengenai etika politik, seorang panelis menyebutkan baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur untuk memantik sesi. 

Kemasyhuran suatu negeri memang memerlukan kepastian etika politik hadir di dalamnya. Menjamin para aktor politik dan penyelenggara negara berpegang teguh pada moral, yang dalam hal ini untuk berperilaku dan melakukan hal-hal baik. 

Etika politik mutlak dijadikan pedoman oleh mereka yang bersentuhan secara langsung dalam pembentukan suatu kebijakan. Sehingga, tercipta kebijakan publik yang mampu mendorong kesejahteraan masyarakat, alih-alih regulasi untuk kepentingan pribadi.

Negara yang masyhur membutuhkan kerja-kerja politik yang berpihak pada kepentingan publik. Mengawal hal tersebut, masyarakat pun memiliki peranan dalam proses pemilihan pemimpin hingga memastikan mereka yang terpilih benar-benar bekerja untuk kepentingan kesejahteraan secara menyeluruh.

Pendidikan politik akan membuka kesadaran publik mengenai peran penting dirinya dalam menentukan berjalannya suatu negara. Kini, pendidikan politik telah mendesak dilakukan di ruang-ruang publik, sekalipun bukan organisasi politik, seperti sekolahan dan tempat ibadah.

Publik harus memahami bahwa perkara nyamuk adalah juga perkara negara, misalnya.

Tahun 2023, saya mendapatkan kesempatan mengikuti momentum Salat Idul Fitri di Gumuk Pasir Pesisir Parangkusumo, Yogyakarta yang menyajikan Surah Saba' untuk menu khotbah. Dr. H. Hamim Ilyas, M. Ag menyampaikan satu kriteria 'negeri tanpa nyamuk' yang ternyata hanya mampu disambut sebagai bahan guyonan oleh sebagian besar jamaah. 

Terlampau sering pengajian dengan kisi-kisi meraup pahala, tentu rasanya aneh ketika dakwah keagamaan membahas negara yang disandingkan dengan nyamuk. 

Wajar ketika menjadi ada kesulitan untuk memahami bahwa ketiadaan nyamuk merupakan rangkaian panjang proses politik dalam menghadirkan kebijakan publik ramah ekosistem.

Ada pendapat dari ahli tafsir, baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur bisa diartikan sebagai negeri yang mengumpulkan kebaikan alam dan kebaikan para penduduknya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun