Sejak dimulainya pilkada serentak pada tahun 2015 lalu, tentu telah diketahui bahwa 2020 merupakan tahunnya pilkada, tepatnya pilkada serentak tahap keempat.Â
Hanya saja, ketika tiba pada masanya, ternyata tahun ini juga menjadi tahunnya Corona. Masyarakat, pemerintah, aktivis, lembaga nirlaba dan setiap hal penggerak sistem kehidupan di Indonesia merasa terkejut dengan kenyataan bencana wabah. Hampir semua tata cara menjalani kehidupan mengalami perubahan. Termasuk dalam hal merayakan pesta demokrasi.
Pemilu menjadi tidak bisa berjalan seperti biasanya, baik pada saat hari pemilihan di TPS, maupun seluruh proses pekerjaan pada tahap-tahap sebelumnya yang salah satunya merupakan proses kampanye.Â
Sebagaimana proses yang telah berjalan sejak dimulainya pemilihan secara langsung, kampanye elektoral selalu berwujud dengan konsep perkumpulan masa. Sebut saja acara konvoi, sepeda gembira, jalan sehat, senam massal, dan perkumpulan lintas organisasi.Â
Sayangnya, kampanye tersebut dinyatakan basi dan ternilai konservatif oleh keberadaan Coronavirus. Sehingga kampanye pilkada serentak 2020 memaksa kita untuk menciptakan hal baru yang lebih menarik, tepat sasaran, dan lepas dari politik transaksional.
Mobilisasi masa sudah lama dicurigai sebagai sarana terjadinya politik uang baik berupa uang tunai maupun barang-barang yang diatasnamakan sebagai bantuan sosial. Rangkaian acara dalam kampanye konsep perkumpulan juga tidak menjamin masyarakat dapat melihat isi kepala calon yang akan dipilih.Â
Sebab biasanya calon hanya diberi waktu sangat singkat untuk menyampaikan sambutannya yang lebih banyak diisi dengan kalimat basa-basi mengenai pengalaman perjalanan dari rumah hingga tiba di lokasi. Saat berada di venue biasanya calon juga tidak bisa menemui lebih banyak jumlah konstituennya karena justru disibukkan oleh arahan-arahan dari timnya sendiri.
Situasi social distancing menjadi tantangan tersendiri bagi kandidat dan tim suksesnya, tapi justru memberi angin segar perjuangan pemberantasan politik uang.Â
Larangan kampanye berbasis pengumpulan masa bisa dialihkan dengan kampanye yang lebih modern berbasis teknologi. Saat ini berbagai lapisan masyarakat sudah paham penggunaan media sosial dan didukung keterjangkauan jaringan internet sampai area pelosok.Â
Hal itu tentu memudahkan kandidat untuk menyapa para calon pemilihnya. Kandidat dan tim harus menyediakan materi atau konten supaya tetap eksis dalam laman-laman dunia internet.
Ketika saat kampanye perkumpulan masa hanya ada kesempatan bicara visi-misi dalam waktu sebentar, metode kampanye di internet justru memberikan kesempatan yang lebih panjang dan bisa dilakukan dengan bertahap, sehingga masyarakat lebih mudah mencerna pesan yang akan disampaikan oleh kandidat.Â