Dengan gambaran perlakuan brutal, sadistis, bahkan menjurus pada psikopatik, film ini menyadarkan penonton agar lebih sabar di jalan dalam kondisi apapun, dan lebih baik menghindari gesekan dengan pengendara lain.Â
Mungkin dampak dari adu mulut di jalan tidak sampai semasif dan semengerikan di film ini, namun kemungkinan terjadinya adu jotos bisa saja terjadi, dan hal itu sering kita lihat juga di jalan saat terjadi gesekan di jalan raya.Â
Daripada sampai harus adu jotos, lebih baik dihindari saja, biar sama-sama enak di jalan, dan lebih penting lagi, kita bisa sampai tujuan dengan selamat dan bertemu kembali dengan keluarga kita yang menunggu di rumah.
Action Standar, Ngerinya Membekas
Film ini bergenre action thriller, maka sudah sepantasnya jika penuh adegan laga dan teror psikologis. Adegan kejar-kejaran dengan mobil banyak ditemukan di film ini, terutama mulai sepertiga film. Namun jangan berharap adegannya seperti franchise Fast and Furious, karena ini bukanlah film heist, sehingga kejar-kejarannya hanya untuk menghindari pemburu, bukan untuk mengalahkannya.
Teror psikologis lebih terasa di film ini, terutama saat scene sudah melibatkan Crowe, penonton akan merasakan adanya aura kengerian dan bertanya-tanya "teror gila apalagi yang akan dilakukan Tom?" Apalagi saat scene adegan sadis berdarah-darah yang mewarnai film ini, menjadikan film ini kental akan genre thrillernya.
Crowe Tampil Beringas
Selain Russel Crowe, film ini juga dibintangi Caren Pistorius, Gabriel Bateman, dan Austin McKenzie. Dilihat dari deretan cast-nya, terlihat bahwa jualan utama film ini adalah akting antagonis dari Russel Crowe. Jika tidak memasang aktor papan atas seperti Crowe, mungkin film ini tidak akan menarik penonton, karena hanya dia saja yang dikenal para audiens.
Crowe pun menebusnya dengan akting yang berkualitas. Ia berhasil memerankan seorang pria paruh baya yang berubah menjadi psikopat kejam karena bercerai dengan istrinya. Gambaran seorang yang berwibawa, karismatik, family man, yang selama ini sering melekat dalam peran-peran Crowe, bisa ia hilangkan, dan ia ubah dengan gambaran psikopat kejam tanpa pandang bulu dan belas kasihan, serta penuh dengan tindakan brutal disertai umpatan-umpatan kotor.
Sayangnya, akting Crowe kurang diimbangi oleh sang pemeran utama protagonis, Caren Pistorius. Akting aktris asal Afrika Selatan ini terasa standar saja jika dibandingkan Crowe. Memang, Caren bisa cukup menjiwai karakter ibu muda yang hidupnya berantakan akibat perceraian dan teror dari Tom, tapi di beberapa scene masih terlihat akting yang datar serta kurang menghadirkan suasana terteror bagi penonton.
Berbeda dengan Crowe yang bisa membuat penonton merasa ngeri, deg-degan, terintimidasi, bahkan menimbulkan kontradiksi, di satu sisi ingin tokoh Tom segera mati, namun di saat yang bersamaan tetap hidup saja dengan konsekuensi berakhir tragis bagi tokoh utama protagonis. Kontradiksi itu muncul karena penonton digiring juga dengan kisah Tom yang lebih "kasihan" karena selain ia bercerai, ia juga kehilangan pekerjaan, meskipun di sisi lain ia juga telah melakukan pembunuhan.